HIDUP itu seperti memanah. Ada sasaran yang akan ditarget. Sehingga harus memiliki konsentrasi dan fokus ketika hendak mencapai target.
HIDUP itu seperti memanah. Ada sasaran yang akan ditarget. Sehingga harus memiliki konsentrasi dan fokus ketika hendak mencapai target.
Setiap orang yang cerdas pasti mempunyai tujuan dan target dalam hidupnya. Dengan itu tentu ia akan menyusun rencana dan menentukan langkah-langkah untuk meraihnya. Agar hidup lebih terarah dan bermakna. Semua ini tak lepas dari manajemen waktu.
Waktu itu terbagi 3. Yang telah berlalu, yang sedang berlangsung dan yang akan datang. Maka waktu yang kita kuasai hanyalah waktu sekarang yang diperintahkan supaya mengatur waktu menjadi bermanfaat.
Setiap waktu yang disia-siakan tidak akan pernah kembali kecuali penyesalan. Namun bila sukses mengisi waktu maka hasilnya tidak ada bandingannya.
Semua orang diberikan kapasitas waktu yang sama yaitu 24 jam. Apakah dia seorang sukses, orang sholih, munafik, kaya atau miskin semua punya waktu 24 jam.
Maka waktu yang sama ini ternyata cara mengisinya berbeda. Ada yang dimanfaatkan dengan beramal menabung pahala atau ada yang diisi dengan menabung dosa yang terus mengalir hingga yaumil hisab.
Urgensi dan Keutamaan Mengatur Waktu
1. Salah satu kesempurnaan/ kebaikan Islam seseorang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976)
Jika disebutkan tanda kebaikan dengan meninggalkan yang tidak bermanfaat maka bagaimana yang menyia-nyiakannya?
BACA JUGA: Sejarah Waktu 24 Jam
2. Baik buruk akhir hidup seseorang juga tergantung bagaimana dia menggunakan waktu
Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah menyebutkan seorang laki-laki yang menghabiskan umurnya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta. Ketika kematian mendatanginya, dikatakan kepadanya, “Katakanlah lâ ilâha illa Allâh,” namun ia tidak mengucapkannya, bahkan ia mulai mengucapkan, “Satu kain harganya 5 dirham, satu kain harganya 10 dirham, ini kain bagus”. Dia selalu dalam keadaan demikian sampai ruhnya keluar.
3. Setiap hari yang berlalu tidak akan kembali
Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:
Wahai Ibnu Adam (manusia), kamu itu hanyalah (kumpulan) hari-hari, tiap-tiap satu hari berlalu, hilang sebagian dirimu.
4. Allah banyak bersumpah dengan waktu dalam Al-Qur’an
Begitu pentingnya waktu hingga Allah ﷻ bersumpah dengan berbagai jenis waktu di dalam Al-Quran, di antaranya:
– Waktu dhuha (الضحى), Allah ﷻ bersumpah satu kali menggunakan jenis waktu ini, yaitu:
وَالضُّحٰىۙ ١
Demi waktu duha (QS. Ad-Dhuha: 1)
– Waktu malam (الليل), Allah bersumpah 7 (tujuh) kali menggunakan waktu malam, contohnya pada ayat:
وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ٢
dan demi waktu malam apabila telah sunyi, (QS. Adh-Dhuha: 2)
– Waktu siang (النهار), Allah ﷻ bersumpah dua kali pada surat Asy-Syams dan Al-Laiy, yaitu:
وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ ٣
demi siang saat menampakkannya, (QS. Asy-Syams: 3)
وَالنَّهَارِ اِذَا تَجَلّٰىۙ ٢
demi siang apabila terang benderang, (QS. Al-Lail: 2)
– Waktu subuh (الصبح), Allah ﷻ juga bersumpah dua kali pada surat Al-Muddatsir dan At-Takwir:
وَالصُّبْحِ اِذَآ اَسْفَرَۙ ٣٤
dan demi subuh apabila mulai terang, (QS. Al-Muddatsir: 34)
وَالصُّبْحِ اِذَا تَنَفَّسَۙ ١٨
demi subuh apabila (fajar) telah menyingsing, (QS. At-Takwir: 18)
– Waktu fajar (الفجر), Allah ﷻ bersumpah satu kali menggunakan waktu fajar, yaitu pada surat Al-Fajr ayat 1:
وَالْفَجْرِۙ ١
Demi waktu fajar,
– Waktu ashar (العصر): Allah ﷻ bersumpah satu kali menggunakan waktu fajar, yaitu pada surat Al-‘Ashr ayat1:
وَالْعَصْرِۙ ١
Demi masa,
5. Orang yang pandai menjaga waktu dia menjadi salah seorang yang selamat dari perkara yang melenakan banyak manusia
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ada dua kenikmatan yang mana manusia banyak tertipu, kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
6. Waktu yang dimiliki kelak akan ditanya dan diminta pertanggungjawabannya
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba hingga ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan.” (HR. At-Tirmidziy – Hasan Shahih)⁰
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Aku menjumpai beberapa kaum, salah satu dari mereka lebih pelit terhadap umurnya (waktunya) dari pada dirham (harta) mereka.” (Al-‘Umru was Syaib no. 85)
7. Waktu adalah kunci beruntung atau ruginya seseorang.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al- ‘ashr:
وَالْعَصْرِ :١إِنَّ الْإِنسٰنَ لَفِى خُسْرٍ٢
إِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِالصَّبْرِ ٣
1. Demi masa.
2. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.
Imam Syafi’i tentang surat Al ‘Ashr ini. Beliau menyatakan, “Andai saja Allah tidak menurunkan hujjah untuk seluruh manusia kecuali surat ini saja, pasti sudah cukup untuk mereka.”
Perkataan beliau dinukil oleh ulama yang hidup setelahnya, Ibnu Taimiyah dalam Al Majmu’ AI Fatawa (28/152), Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan Ibnu Qayyim.
Ibnul Qayyim (At Tibyan 57) menegaskan, ”Surat ini, meskipun ringkas, termasuk surat yang paling lengkap di dalam AI Qur’an. Surat ini menjelaskan seluruh kebaikan. Alhamdulillah, Dialah Dzat yang telah menetapkan kitab-Nya sebagai pencukup dari selainnya, lengkap, sehingga tidak butuh yang lain, penawar dari segala macam jenis penyakit dan sumber petunjuk untuk seluruh kebaikan.”
”Andai saja kita meluangkan waktu untuk merenungkan surat ini, sungguh betapa ruginya kita selama ini.”
Selamanya seseorang merugi kecuali melakukan 4 langkah:
1. Beriman (mengenal )kebenaran.
2. Beramal Sholih (Melaksanakan kebenaran tersebut)
3. Nasehat menasehati dalam kebenaran (Mengajarkan kebenaran )
4. Nasihat-menasihati dalam kesabaran (Bersabar di dalam mengenal kebenaran, melaksanakan, dan mengajarkannya)
BACA JUGA: 3 Waktu Panggilan Allah
8. Waktu yang tidak digunakan untuk hal bermanfaat maka akan terisi dengan hal sia sia.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, PASTI akan disibukkan dengan hal-hal yang batil” (Al Jawabul Kaafi hal 156)
9. Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya”. [Al-Fawaid hal 44]
10. Menyia-nyiakan waktu adalah penyesalan yang ditangisi oleh orang yang berilmu
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” (Lihat Miftahul Afkar)
Wallahu a’lam. []