RASA malu wajar pernah menghinggapi setiap diri yang bernyawa. Sebab rasa malu merupakan fitrah. Allah SWT memberikan hamba-Nya rasa malu bukan karena tidak ada sebabnya atau manfaatnya. Tetapi rasa malu ini sangat luar biasa manfaatnya bagi setiap diri yang bernyawa.
Misal, tatkala Anda telah melaukan kesalahan, pastilah Anda merasa malu bercampur dengan rasa salah.
Tahukah Anda rasa malu ada macamnya, ini dia sepuluh macam rasa malu:
1. Malu karena berbuat salah, seperti malunya Adam AS yang melarikan diri saat di surga. Allah bertanya, “Mengapa kamu lari dari-Ku wahai Adam?” Adam menjawab, “Tidak wahai Rabbi, tapi karena aku merasa malu terhadap Engkau.”
2. Malu karena keterbatasan diri, seperti rasa malunya para malaikat yang senantiasa bertasbih pada siang dan malam hari dan tak ada waktu senggang pun tanpa tasbih. Namun begitu pada hari kiamat mereka berkata, “Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya penyembahan.”
3. Rasa malu karena pengagungan, atau rasa malu karena memiliki ma’rifat. Sejauh mana ma’rifat seseorang terhadap Rabb-nya, maka sejauh itu pula rasa malunya terhadap-Nya.
4. Malu karena kehalusan budi, seperti rasa malunya Rasulullah SAW saat mengundang orang-orang pada acara walimah Zainab. Karena mereka tidak segera pulang, maka beliau bangkit dari duduknya dan merasa malu untuk mengatakan kepada mereka, “Pulanglah kalian.”
5. Malu karena menjaga kesopanan, seperti malunya Ali bin Abu Thalib ketika hendak meminta baju besi kepada Rasulullah SAW, karena dia menjadi suami putri beliau.
6. Malu karena merasa diri terlalu hina, seperti malunya hamba yang memohon berbagai macam keperluan kepada Allah, dengan menganggap dirinya terlalu hina untuk itu.
7. Malu karena cinta, yaitu rasa malunya orang yang mencintai di hadapan kekasihnya. Bahkan tatkala terlintas sesuatu di dalam hatinya saat berjauhan dengan kekasihnya, dia tetap merasa malu, tanpa diketahui apa sebabnya, apalagi jika kekasihnya muncul secara tiba-tiba di hadapannya.
8. Malu karena ubudiyah ialah rasa malu yang bercampur dengan cinta dan rasa takut. Seorang hamba merasa ubudiyahnya masih kurang, sementara kekuasaan yang disembah terlalu agung, sehingga ubudiyahnya ini membuatnya merasa malu.
9. Malu karena kemuliaan ialah malunya hamba yang memiliki jiwa yang agung tatkala berbuat bajik atau memberikan sesuatu kepada orang lain. Sekalipun dia sudah bekorban dengan mengeluarkan sesuatu, toh dia masih merasa malu karena kemuliaan jiwanya.
10.Malu terhadap diri sendiri, yaitu rasa malunya seseorang yang memiliki jiwa besar dan mulia, andaikan dirinya merasa ridha terhadap kekurangan dirinya dan merasa puas melihat kekurangan orang lain.
Dia merasa malu terhadap dirinya sendiri, sehingga seakan-akan dia mempunyai dua jiwa, yang satu merasa malu terhadap yang lainnya. Ini merupakan rasa malu yang paling sempurna. Sebab jika seorang hamba merasa malu terhadap diri sendiri, maka dia lebih layak untuk merasa malu terhadap orang lain. []
Referensi: E-book Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah)/Ibnu Qayyim Al-Jauziyah/Pustaka Al-Kautsar/1999