SEPULUH maksiat batin yang perlu diwaspadai, menurut Syekh Abdus Shamad Al-Palimbani (ulama Palembang yang hidup di abad 18):
Maksiat batin yang pertama: Gemar/banyak makan
Bukankah makan merupakan aktivitas fisik?
Tapi tanpa keinginan karena memang suka/gemar, seseorang tidak akan banyak makan. Dia akan makan secukupnya, sebanyak tubuh membutuhkan untuk beraktivitas.
Jadi pangkalnya ada di dalam diri (aktivitas batin).
Jika kita ingin mengubah aktivitas banyak makan, maka yang diperbaiki adalah mengelola batin, mengurangi atau menahan diri, tidak mengikuti kemauan yang muncul saat ingin makan berlebihan.
BACA JUGA:Â Apakah Keberkahan Rezeki Hilang karena Maksiat?
Selain itu, kegemaran makan bisa memicu maksiat lain untuk bisa memenuhi keinginannya.
Maksiat batin yang kedua: Gemar/banyak bicara
Bicara adalah aktivitas fisik, dilakukan karena ada yg ingin disampaikan. Harusnya sesuai kebutuhan. Namun ada orang yg sangat gemar bicara, sehingga ingin selalu melakukannya.
Untuk memenuhi keinginannya ini, sering terjadi pembicaraan yang tidak perlu dan itu merugikan, diri sendiri atau orang lain.
Contoh: apa perlunya kita membicarakan aib orang lain yang tidak kita kenal dan diapun tidak mengenal kita? Aibnya pun tidak merugikan kita? Bahkan, bisa jadi lantaran kita, aib itu semakin menyebar. Lebih mengerikan lagi kalau itu hoaks, fitnah.
Berapa banyak catatan dosa yang kita peroleh?
Maksiat batin yang ketiga: Marah
Mengapa kita marah?
Biasanya karena fakta tidak sesuai dengan keinginan.
Hasil tidak sesuai harapan.
Pelaksanaan tidak seperti yang direncanakan.
Marah membuat kita mencari pihak yang bisa disalahkan dan menjadi pelampiasan.
Kalau dipikir, siapa yang berkuasa mentakdirkan semua kejadian di alam ini?
Jadi, sebenarnya, kita marah kepada siapa?
Benar, ada marah yang bisa jadi pemantik untuk menggapai kesuksesan. Marah yang sering disebut dendam positip.
Namun, apakah kesuksesan itu tidak bisa tercapai tanpa pemantik kemarahan?
Kita mungkin tidak bisa menolak munculnya rasa marah, sebagaimana cinta. Namun, bagaimana pengelolaan kita terhadapnya, menjadi penentu reaksi berikutnya.
BACA JUGA:Â Terlanjur Bernazar Maksiat
Melemahkan rasa marah itu atau melampiaskan untuk memuaskannya.
Maksiat batin yang keempat: Dengki
“Aku ingin dia kehilangan kebaikannya walau kebaikan itu tidak berpindah padaku”
Parah, ya?
Dan dengki bisa lebih parah dari itu.
Dengki bisa mendorong untuk melakukan apapun, bahkan yang merugikan diri, untuk memuaskan kedengkiannya.
Setelah tercapai, apakah puas?
Biasanya akan muncul kedengkian lain atau pada orang lain, selama rasa itu tidak berusaha dinetralisir, dihilangkan, dilemahkan, kalau mungkin dilenyapkan.
Maksiat batin yang kelima: Cinta harta
Cinta yang tak akan terpuaskan. Saat satu keinginan terhadap harta tertentu terwujud, maka akan muncul keinginan kepada yang lain lagi. Terus terus dan terus.
Tidak selamanya cinta harta itu buruk, karena bagaimanapun kita butuh harta sebagia perbekalan menjalani kehidupan di dunia.
Disebut maksiat, jika cinta harta mendominasi kehidupan, kesibukannya dalam rangka mengejar dan menumpuk-numpuk harta. Bukan lagi harta sebatas kebutuhan yang terkendali, bahkan semakin liar, sehingga batinnya diramaikan dengan aktivitas menikmati kecintaannya pada harta.
Maksiat batin yang keenam: Cinta kemegahan/popularitas.
Ada kenikmatan yang dirasakan saat diri dikenal banyak orang. Dikagumi dan gerak-geriknya diikuti followernya.
Berbagai upaya dilakukan untuk menarik perhatian dan mengundang decak kagum lebih banyak lagi orang.
Mungkin diawal hal baik yg dilakukan, tapi semakin ke belakang, apapun dikerjakan, karena tidak selamanya kreativitas baik bisa dihasilkan.
Maksiat batin yang ketujuh: Cinta dunia
Tidak sekadar cinta harta, popularitas, maka cinta dunia bisa lebih banyak lagi ragamnya.
Segala yang diinginkan untuk kenikmatan di dunia, dilakukan.
https://www.youtube.com/watch?v=6N-NCBJvJbU
Maksiat batin yang kedelapan: Takabbur
Merasa diri paling benar, paling hebat, dan berbagai alasan yang mewakili rasa superior dalam diri seseorang.
BACA JUGA:Â Akibat Terlalu Sering Maksiat
Orang yang merasa diri paling benar, maka dia sulit menerima kebenaran dari orang lain, bahkan sekedar mengakuinya.
Orang yang merasa besar, dia akan mengecilkan orang lain.
Maksiat batin yang kesembilan: Ujub
Ujub itu bangga diri. Mengagumi diri, baik dari sisi fisik, kecerdasan atau kelwbihan-kelebihan yang lain.
Maksiat batin yang kesepuluh: Riya’
Pamer, selalu ingin dilihat orang. []