MUHARRAM merupakan bulan pembuka dalam tahun hijriah. Bulan ini masuk dalam jajaran bulan istimewa dalam Islam. Pada bulan ini terdapat dua tanggal penting yakni 1 dan 10 Muharram.
1 Muharram merupakan hari pertama di tahun hijriah yang menandai peristiwa hijrahnya nabi dari Mekah ke Madinah. Sedangkan tanggal 10 Muharram dipercaya sebagai hari terjadinya berbagai peristiwa besar pada masa para nabi terdahulu. Pada 10 Muharram pula, Nabi Muhammad mensyariatkan umat Islam untuk melaksanakan puasa sunah, yakni puasa Asyura.
BACA JUGA: Rahasia Besar di 10 Muharram
Salah satu keistimewaan lain dari 10 Muharram adalah sebutan yang disematkan padanya yakni lebarannya anak yatim. Nah, terkait hal ini, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, menjelaskan mengapa bulan Muharram identik dengan lebaran anak yatim.
Menurutnya, anggapan tersebut sebetulnya didasarkan pada sebuah hadis yang antara lain terdapat di kitab Tanbih al-Ghafilin. Seperti dikutip dari Republika, Senin (2/9/2019), KH Cholil Nafis mengatakan, dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, ”Man masaha yadihi ala ra’si yatiim yaum Asyura rafa’allahu ta’ala bi kulli sya’ratin darajah.”
Hadis tersebut, lanjut Cholil, menjelaskan bahwa siapa yang menyantuni anak yatim pada hari Asyura atau 10 Muharram, maka derajatnya akan dinaikkan Allah SWT. Namun, hadis tersebut dianggap dhaif atau lemah oleh para ulama. Bahkan ada pula ulama yang menyebut hadis itu maudhu atau palsu karena di dalam sanad hadisnya terdapat perawi yang kurang dipercaya.
“Tetapi ada sebagian ulama berpendapat bahwa ini adalah (untuk) akhlak saja. Bahwa di hari Asyura, hari yang baik bagi umat Islam, lalu dijadikan momentum untuk kita mengenang dan mengikuti Rasulullah, yaitu menyayangi anak yatim,” paparnya.
BACA JUGA: Asal Usul Puasa Muharram
Cholil menyampaikan, Rasulullah sangat menyayangi anak yatim. Maka, hari baik Asyura itu dipakai sebagai momentum untuk menyantuni anak yatim. Hadis tersebut untuk mengasah akhlak umat Muslim agar senantiasa memberi kasih sayang kepada anak yatim.
“Sehingga, dengan hadis tadi yang ada di dalam kitab itu, kita diajari dan dimotivasi untuk menyantuni anak yatim,” jelasnya. []
SUMBER: REPUBLIKA