ARAB SAUDI–Pemerintah Saudi dialaporkan telah memecat sebanyak 100 imam dan penceramah yang memberikan khutbah di masjid-masjid di Makkah dan Al-Qassim. Mereka dipecat karena dianggap gagal mengutuk Ikhwanul Muslimin seperti yang diinstruksikan, surat kabar Al-Watan melaporkan, Jumat (18/12/2020) pekan lalu.
Kementerian Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan Islam telah mengeluarkan instruksi untuk semua imam dan penceramah untuk mengkritik Ikhwanul Muslimin dan menyalahkan mereka karena dianggap menyebabkan perbedaan dan perpecahan dalam masyarakat.
BACA JUGA:Â Tak Terpengaruh Pandemi, Arab Saudi Bakal Naikkan Gaji Minimum Warganya Jadi Rp15 Juta
November lalu, kementerian telah memerintahkan para pengkhutbah untuk menyampaikan materi khutbah Jumat yang mendukung pernyataan kontroversial Dewan Cendekiawan Senior Saudi yang menggambarkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi “teroris” dan tidak mewakili ajaran Islam yang sebenarnya melainkan melayani partisannya.
Arab Saudi secara resmi menetapkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris pada 2014 dan melarangnya di kerajaan.
Pada 1950-an, Arab Saudi memberi perlindungan bagi ribuan aktivis Ikhwanul Muslimin yang menghadapi penjara dan penindasan di Mesir, Suriah, dan tempat lain. Lalu Ikhwanul Muslimin segera mendapatkan pengaruh di kerajaan.
BACA JUGA:Â Rekor Dunia Guinness: Oasis Al-Ahsa di Arab Saudi Terbesar di Dunia
Putusnya hubungan Saudi dan Ikhwanul Muslimin terjadi setelah terjadi invasi Irak tahun 1990 ke Kuwait dan keterlibatan Saudi dalam invasi AS ke Irak pada 2003 silam. Kelompok itu secara terbuka mengkritik kehadiran militer AS di kerajaan dan afiliasinya yang mencari reformasi politik.
Kemudian pemerintah kerajaan segera menghancurkan kampanye dan menyalahkan gerakan tersebut karena dianggap menyebarkan perbedaan pendapat. Kemudia pada tahun 2002 menteri dalam negeri Saudi mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah “sumber dari semua kejahatan di kerajaan.”
Pada 2013, Saudi mendukung  kudeta militer di Mesir yang membuat Menteri Pertahanan Abdel Fattah Al-Sisi menggulingkan Presiden Mohamed Morsi yang terpilih secara demokratis pertama di negara itu yang berasal dari Ikhwan. []
SUMBER: MEMO