HADITS palsu yang mungkin biasa kita pakai ini tidak memiliki argumentasi yang jelas namun seringkali menjadi acuan atau rujukan.
Dalil merupakan hujjah yang menjadi acuan apakah argumentasinya benar atau kurang tepat. Salah satu yang bisa menjadi dalil adalah hadits.
Sayangnya, tidak semua rujukan yang memuat dalil hadits memang mengandung keshahihan. Karena ada juga yang tidak shahih, lemah. Atau bahkan tidak jelas atau hadits palsu.
Bahasan singkat berikut ini memuat beberapa contoh dalil hadits yang tidak memiliki kekuatan argumentasi. Karena, hal tersebut masih mengandung ketidakjelasan. Atau bahkan hadits tersebut sebagai palsu.
BACA JUGA: Bolehkah Berdoa dengan Redaksi Hadits Dha’if atau Palsu?
Inilah 11 Hadits Palsu yang Mungkin Biasa Kita Pakai
Bahasan ini ditulis oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.
1. Hadits:
الْحَدِيْثُ فِي الْمَسْجِدِ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ الْبَهَائِمُ الْحَشِيْشَ
Percakapan dalam masjid akan memakan/menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput [1].
Hadits ini dihukumi oleh Imam al-‘Irâqi rahimahullah, as-Subki rahimahullah dan al-Albâni rahimahullah sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits [2].
2. Hadits:
قَلِيْلُ التَّوْفِيْقِ خَيْرٌ مِنَ كَثِيْرِ الْعَقْلِ
Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak [3].
Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya [4] .
3. Hadits:
بُنِىَ اْلدِّيْنُ عَلَى النَّظَافَةِ
Agama Islam dibangun di atas kebersihan [5].
Hadits ini adalah hadits yang palsu, karena pada sanadnya ada perawi yang bernama ‘Umar bin Shubh al-Khurâsâni. Ibnu Hajar rahimahullah berkata tentangnya [6]:
“Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah), bahkan (Imam Ishâq) bin Rahuyah mendustakannya” [7].
4. Hadits:
إِنَّ الْعَالِمَ يُعَذَّبُ عَذَابًا يَطِيْفُ بِهِ أَهْلُ النَّارِ
Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang akan membuat sempit (susah) penduduk neraka [8].
Hadits ini dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullah sebagai hadits yang tidak ada asalnya [9].
5. Hadits:
شِرَارُ الْعُلَمَاءِ الَّذِيْنَ يَأْتُوْنَ الْأُمَرَاءَ وَخِيَارُ الْأُمَرَاءِ الَّذِيْنَ يَأْتُوْنَ الْعُلَمَاءَ
Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa (pemerintah) dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama[10].
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullah sebagai hadits yang tidak ada asalnya [11].
6. Hadits:
مَنْ قَالَ أَنَا مُؤْمِنٌ فَهُوَ كَافِرٌ وَمَنْ قَالَ أَنَا عَالِمٌ فَهُوَ جَاهِلٌ
Barangsiapa berkata: ‘Aku adalah seorang mukmin, maka dia kafir, dan barangsiapa berkata: ‘Aku adalah orang yang berilmu’ maka dia adalah orang yang jahil (bodoh)” [12].
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullah
sebagai hadits yang tidak ada asalnya [13] dan dinyatakan lemah oleh Imam as-Sakhâwi rahimahullah [14].
7. Hadits:
لَيْسَ لِلْعَبْدِ مِنْ صَلاَتِهِ إِلاَّ مَا عَقَلَ
Seorang hamba tidak akan mendapatkan (keutamaan) dari shalatnya kecuali apa yang dipahaminya dari shalatnya [15].
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullah sebagai hadits yang tidak ada asalnya [16].
8. Hadits:
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ الْعَقْلَ
Sesuatu yang pertama kali Allâh Azza wa Jalla ciptakan adalah akal…[17].
Hadits ini dihukumi oleh Imam adz-Dzahabi rahimahullah dan Syaikh al-Albâni rahimahullah sebagai hadits yang batil dan palsu [18].
9. Hadits:
مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَرَثَهُ اللهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allâh Azza wa Jalla akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya [19].
Hadits ini dihukumi oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah sebagai hadits yang palsu [20].
10. Hadits:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْقُلُوْا عَنْ رَبِّكُمْ وَتَوَاصَوْا بِالْعَقْلِ
“Wahai manusia, pahamilah (dengan akal) dari Rabb-mu dan saling berwasiatlah dengan akal” [21].
BACA JUGA: Mengapa Mereka Membuat Hadits Palsu?
Hadits ini adalah hadits palsu, diriwayatkan oleh Dâwûd bin al-Muhabbar dalam kitab al-‘Aql yang dikatakan oleh Ibnu Hajar:
“Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah) dan kitab al-‘Aql yang ditulisnya mayoritas berisi hadits-hadits yang palsu.” [22].
11. Hadits tentang shalat ar-Raghâib di bulan Rajab [23] . Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam al-‘Iraqi [24].
(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XV/1432H/2011).
Footnote
[1]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/152, cet. Darul ma’rifah, Beirut).
[2]. Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah 1/60
[3]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/31).
[4]. Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/287 dan Difâ’un ‘anil Hadîtsin Nabawi hlm. 46
[5]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/49).
[6]. Dalam Taqrîbut Tahdzîb hlm. 414
[7]. Lihat Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah no. 3264
[8]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/60).
[9]. Lihat Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/287
[10]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/68).
[11]. Lihat Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/288
[12]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/125).
[13]. Lihat Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/289
[14]. Lihat al-Maqâshidul Hasanah hlm. 663
[15]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/159).
[16]. Lihat Thabaqâtusy Syâfi’iyyatil Kubrâ 6/289
[17]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/83) dan (3/4).
[18]. Lihat Lisânul Mîzân 4/314 dan Takhrîju Ahâdîtsil Misykâh no. 5064 [19]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/71), (3/13) dan (3/23)
[20]. Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah no. 422
[21]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/202)
[22]. Dalam Taqrîbut Tahdzîb hlm. 200
[23]. Ihyâ’ Ulûmiddîn (1/83)
[24]. Lihat takhrij beliau pada catatan kaki kitab tersebut (2/366, cet. Dar asy-Syi’ab, Kairo)
SUMBER: ALMANHAJ