ADALAH ia, Luqman al-Hakim seorang hamba sahaya berkebangsaan Habsyi. Ia seorang tukang kayu.
Suatu ketika, majikannya berkata kepada Luqman, “Sembelihlah domba ini untuk kami.”
Luqman pun menuruti pinta sang majikan. Disembelihlah domba tersebut.
Setelah disembelih, sang majikan berkata, “Ambillah bagian dagingnya yang terbaik.”
Luqman dengan sigap mengambil lidah dan hati domba tersebut.
Majikannya terdiam sesaat, lalu kembali memerintahkan Luqman, “Sembelihkan domba yang ini untuk kami.”
Luqman pun menyembelihkannya lagi.
Lalu sang majikan meminta Luqman untuk kembali mengambil bagian dagingnya, namun kali ini majikan memintanya mengambil bagian yang terburuk.
Dengan bergegas Luqman mengambil lidah dan hati domba yang baru saja disembelihnya itu.
“Aku menyuruhmu mengambil dua bagian daging domba yang terbaik, lalu kamu melaksanakannya, dan aku pun menyuruhmu mengambil bagian domba yang terburuk, lalu kamu mengambil daging yang sama,” kata majikannya nampak terheran-heran.
Luqman berkata, “Sesungguhnya tiada perkara yang lebih baik daripada lidah dan hati, jika keduanya baik. Dan tiada perkara yang lebih buruk daripada lidah dan hati jika keduanya buruk.” []
Sumber: Saat Berharga Untuk Anak Kita, M Fauzil Adhim, hal.248-249/Ditulis ulang oleh: Anisa Prasetyo Ningsih