BELGIA–Dua belas kampus di Belgia telah memastikan untuk menolak peraturan baru negara tersebut yang mengijinkan pelarangan jilbab di lingkungan pendidikan. Ke-12 kampus itu menjamin kebebasan beragama bagi mahasiswanya.
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi Belgia mengizinkan pelarangan jilbab di lingkungan pendidikan tinggi. Putusan pada 4 Juni 2020 itu memicu reaksi di media sosial. Orang-orang memprotesnya dengan menggunakan tagar seperti, #TouchePasAMesEtudes (Jangan sentuh studi saya) dan #HijabisFightBack.
BACA JUGA: Karena Berhijab, Muslimah Asal Turki Ditolak Magang Di Sebuah Panti Jompo Belgia
Sekitar empat ribu orang berunjuk rasa di Ibu Kota Brussels guna menentang aturan bernuansa diskriminasi itu. Dilansir dari Daily Sabah pada Senin (6/7/2020), ribuan massa meramaikan alun-alun Mont des Arts agar tuntutannya didengar pemerintah. Mereka tak bisa menerima aturan yang dianggap berlandaskan Islamophobia itu.
Para pengunjuk rasa membawa kertas yang berisi tuntutan dan protes. Diantaranya ada yang bertuliskan “jangan kau sentuh jilbabku”, “Inilah Hakku”, “Cukup (sudah Islamophobia).”
Kelompok pengunjuk rasa sempat menyampaikan orasi yang menarik perhatian. Mereka meyakini pemerintah Belgia melakukan diskriminasi pada Muslimah. Mereka meminta hak Muslimah diakui dalam bentuk aturan resmi.
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi Belgia mengumumkan pelarangan jilbab dalam pendidikan tinggi tidak bertentangan dengan Konstitusi dan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia (ECHR).
BACA JUGA: Pengadilan Uni Eropa Putuskan Larangan Pegawai Kenakan Hijab Bukan Diskriminasi
Perselisihan hukum dimulai ketika mahasiswa Muslim mengajukan petisi ke perguruan tinggi Universitas Francisco Ferrer Brussels karena melarang orang mengenakan jilbab di lingkungan mereka, mengutip larangan umum untuk memakai simbol agama yang terlihat sebagai penjelasan.
Collectif Contre l’Islamophobie en Belgique (CCIB) menerbitkan pernyataan yang mengutuk keputusan pengadilan, menyebutnya “pelanggaran hak fundamental yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal keyakinan agama dan filosofis.”
CCIB mengklaim bahwa keputusan ini adalah bukti bahwa Belgia tidak menghormati keterlibatan internasionalnya dalam hal HAM, juga tidak benar-benar menegakkan prinsip dasar perilaku non-diskriminatif terhadap semua siswa Belgia.
Jilbab telah menjadi masalah yang diperdebatkan selama bertahun-tahun di beberapa negara Eropa, terutama Perancis, di mana prinsip laïcité (atau sekularisme) merupakan bagian integral dari DNA politik kontemporer mereka. Namun, retorika anti-Muslim, anti-imigran serupa ditemukan di tempat lain di seluruh Eropa, terutama di negara-negara yang partai politik sayap kanannya tampaknya membawa pengaruh. []
SUMBER: DAILY SABAH | TRT WORLD