Oleh: Dr. Atabik Luthfi, MA
Ketua Bidang Dakwah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)
HUSNUL khotimah merupakan dambaan sekaligus harapan terakhir setiap hamba yang beriman dalam hidupnya. Karenanya do’a husnul khotimah sering dipanjatkan sebagai motivasi dan kesungguhan meraihnya.
Husnul khotimah tidak hanya berhubungan dengan orang tua dan lanjut usia. Urusan husnul khotimah adalah urusan setiap orang, tua muda, besar kecil, pejabat maupun rakyat. Karena hakikatnya husnul khotimah juga hak setiap individu muslim di akhir hayatnya.
Secara bahasa, husnul khotimah artinya akhir yang baik, sebuah anugerah Allah SWT yang agung untuk mengakhiri kehidupan dengan sebaik-baiknya. Namun seperti juga karunia Allah SWT yang lain, husnul khotimah tidak diraih dengan berpangku tangan, tanpa usaha, perencanaan, dan persiapan yang memadai.
BACA JUGA: Husnul Khotimah, atau justru Su’ul Khotimah?
Persiapan itu setidaknya diingatkan oleh ayat Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. (QS. Al-Hasyr: 18)
Husnul khotimah merupakan penilaian akhir yang sangat menentukan. Karena boleh jadi, di awal kehidupan seseorang kental dengan kemaksiatan dan dosa, lantas ia bertaubat dan menjadi lebih baik di akhir waktu. Namun yang paling aman, tetap istiqamah dengan keimanan dan ketakwaan dari awal hingga akhir usia.
Dalam konteks ini, Allah SWT mengingatkan tentang sunnatullah yang berlaku dalam kematian seseorang. Ada yang diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah, dan sebaliknya ada yang diwafatkan dalam keadaan su’ul khotimah.
Allah SWT berfirman yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Ar-Ra’d: 28).
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Ar-Ra’d: 32)
Seorang nabi yang sudah mendapat jaminan akhiratnya, tetap selalu berusaha dan berdo’a agar meraih husnul khotimah. Nabi Yusuf as sebagai contoh, di puncak keberhasilannya menjadi salah seorang pembesar istana, ia justru bermohon husnul khotimah: “wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih.”. (QS. Yusuf: 101)
Tentu husnul khotimah yang terakhir adalah akhir yang baik saat kematian, namun untuk menghantarkan ke tujuan mulia tersebut, harus diawali dengan evaluasi amal yang bersifat harian, pekanan, bulanan, dan tahunan. Karena tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan kematian akan menjemputnya.
Justru jelang akhir tahun ini, setiap diri melakukan intropeksi perjalanan kebaikan dan keburukan selama satu tahun. Rasulullah SAW malah mengingatkan bahwa seseorang akan diwafatkan sesuai dengan kebiasaan atau keadaan yang dijalankannya, “Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi meninggalnya.” (HR Muslim)
BACA JUGA: Seseorang yang Dikatakan Khusnul Khotimah
Imam Al-Munaawi menjelaskan hadits tersebut dalam kitab At-Taysir Syarh Al-Jami’ Ash-Shagir, ‘Seseorang meninggal di atas kehidupan yang biasa ia jalani dan ia dibangkitkan di atas hal itu juga’. Jika masih berharap husnul khotimah, maka kebiasaan dan keadaan harus mulai ditata ke arah yang lebih baik.
Semua hal yang kontra atau menjauhkan dari predikat husnul khotimah harus dicegah dan dihindari. Sedang hal-hal yang mendekatkan dan mengarah kepada husnul khotimah diperbanyak dan diperkuat
Jelang akhir tahun 2018, kita berharap dapat melaluinya dengan peningkatan iman dan amal shalih. Bukan justru malah semakin kental dengan suasana kemaksiatan atau hal-hal yang sia-sia. Allah swt mengingatkan tentang kemungkinan maksiat menghapus pahala kebaikan yang sudah dijalankan, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan kepada RasulNya, dan janganlah kalian merusakkan (pahala) amal-amalmu”. (QS. Muhammad: 33)
Amal kebaikan yang sudah diusahakan oleh seseorang setahun lamanya merupakan sebuah prestasi yang patut disyukuri, bukan mudah beramal selama setahun penuh tentunya.
Sayang jika kebaikan-kebaikan yang berhasil ditorehkan, malah terhapus atau tergerus nilainya karena diakhiri dengan kemaksiatan yang semakin semarak, khususnya di setiap momen akhir tahun.
Semoga refleksi akhir tahun tentang husnul khotimah dapat menguatkan semangat fastabiqul khoirot dalam rangka meraih husnul khotimah. Insya Allah. []
SUMBER: IKADI.OR.ID