BATU bara termasuk barang tambang untuk menghasilkan energi. Batu bara ini lazim digunakan dalam dunia industri, bahan bakar alat transportasi seperti kapal dan kereta api, hingga pembangkit listrik. Nah, tahukah Anda bahwa batu bara ini ternyata tidak langsung ada begitu saja, melainkan melalui berbagai macam proses yang lama di dalam tanah.
Ada dua teori yang menerangkan terjadinya batu bara, yakni:
Pertama, teori in-situ yakni batu bara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan di mana batu bara tersebut terbentuk. Batu bara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawan. Sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut. Dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
BACA JUGA: Menurut Alquran Durasi Tidur Paling Baik Bukan 8 Jam, tapi…
Kedua, teori drift yakni batu bara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat di mana batu bara tersebut terbentuk. Batu bara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batu bara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batu bara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatu baraan).
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini menjadi humus yang selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut.
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut.
Kedua teori ini menegaskan bahwa asal dari batu bara adalah tumbuh-tumbuhan meskipun cara pembentukannya yang berbeda.
Dan tahukan Anda, bahwa Allah SWT telah menyatakan hal ini melalui firman-Nya, “Dan yang menumbuhkan tumbuhan, lalu dijadikan-Nya tumbuhan itu kering kehitam-hitaman,” (QS. Al-‘Ala: 4-5).
BACA JUGA: Hukum Membaca Alquran dan Menghadiahkan Pahalanya untuk Orang yang sudah Meninggal
Imam As Tsa’labi mengatakan, “al Mar’aa” adalah tumbuh-tumbuhan baik berwarna hijau, kuning, merah dan putih, “ghutsa'” bermakna kering dan usang, “ahwaa” adalah hitam (Al Kasyfu wal Bayaan).
Ibnu Athiyah mengatakan “al mar’aa” adalah tumbuhan, “ghutsa’ ” tumbuhan yang kering dan telah tercerai berai, “ahwaa” adalah hitam (Al Muharror Al Wajiiz), Imam Al Qurthubi mengatakan “Ahwa” adalah hitam. (Tafsir Al Qurthubi).
Kata “ahwa” yang bermakna hitam, adalah ungkapan yang sangat cermat yang digunakan Alquran untuk menjelaskan akhir dari perjalanan proses penggambutan tumbuh-tumbuhan. Dan ditemukannya batu bara hitam yang ternyata berasal dari tumbuhan yang membusuk, menegaskan kebenaran Alquran. []