KEUTAMAAN Kota Mekkah yang Kedelapan: Allah ta’ala memilihnya sebagai tempat untuk rangkaian manasik haji, serta menjadikan tujuan ke sana sebagai bentuk ibadah yang akan mengangkat derajat dan menghapus kesalahan.
Hal itu sebagaimana tercantum dalam haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Barangsiapa yang berhaji karena Allah, dengan tidak melakukan rafats (berkata keji) tidak pula berbuat fasik, maka dia kembali seperti manakala dia baru dilahirkan”. HR Bukhari no: 1521. Muslim no: 1350.
Keutamaan Kota Mekkah yang Kesembilan: Dijadikannya Makkah sebagai negeri mulia dan yang paling dicintai oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya.
Hal itu, seperti dijelaskan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Adiy radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ » [أخرجه الترمذي]
“Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah negeri Allah yang paling baik, negeri Allah yang paling dicintai oleh Allah, kalaulah sekiranya aku tidak dipaksa keluar (oleh kaumku) dari sana tentulah aku tidak akan keluar”. HR at-Tirmidzi no: 3925. Beliau berkata: Hadits hasan gharib shahih.
Dalam riwayat lain, dari haditsnya Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Makkah:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « ما أطيبك من بلد وأحبك إلي. ولولا أن قومي أخرجوني منك ما سكنت غيرك » [أخرجه البخاري و مسلم]
BACA JUGA: Langkah Strategis Rasulullah dalam Fathu Mekkah
“Tidak ada negeri yang lebih baik dan paling aku cintai daripada kamu, kalaulah sekiranya kaumku tidak memaksaku untuk keluar dari sini tentu aku tidak akan tinggal ditempat lain”. HR at-Tirmidzi no: 2926. Beliau berkata: Hadits ini hasan shahih.
Keutamaan Kota Mekkah yang Kesepuluh: Allah ta’ala menjadikan sebagai tempat permulaan perjalanan Nabi -Nya Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada malam isra’ menuju langit.
Sebagaimana Allah ta’ala ceritakan dalam firman -Nya:
﴿ سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١ ﴾ [الإسراء: 1 ]
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya -Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS al-Israa’: 1).
Keutamaan Kota Mekkah yang Sebelas: Sebagai tempat tujuan sebuah perjalanan safar, karena dilarang bagi seseorang melakukan perjalanan khsusus melainkan menuju tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha.
Hal itu, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Janganlah kalian melakukan perjalanan (pada suatu tempat) melainkan menuju tiga masjid, Masjidil Haram, Masjidnya Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan masjid Aqsha”. HR Bukhari no: 1189. Muslim no: 1397.
Keutamaan Kota Mekkah yang Keduabelas: Allah azza wa jalla menyandarkan Baitul Haram yang ada di Makkah kepada Dirinya.
Sebagaimana yang tercantum dalam salah satu firman -Nya:
﴿ وَطَهِّرۡ بَيۡتِيَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلۡقَآئِمِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ ٢٦ ﴾ [ الحج: 26 ]
“Dan sucikanlah rumah -Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku dan sujud”. (QS al-Hajj: 26).
Maka diambil kesimpulan bahwa penyandaran secara khusus semacam ini mengandung makna sebagai bentuk pengagungan dan pemuliaan serta kecintaan padanya. Karena, kalau sekiranya tempat tersebut tidak mempunyai kemulian tentu tidak usah adanya penyandaran Dirinya kepada tempat tersebut secara khusus, maka penyandaran seperti ini sudah cukup sebagai bukti akan kemulian serta keagungan yang dimilikinya. [4]
Keutamaan Kota Mekkah yang Ketigabelas: Allah azza wa jalla menyatukan hati pada baitul haram serta menjadikannya sebagai tempat berkumpul manusia.
Allah ta’ala telah nyatakan hal tersebut melalui firman -Nya:
﴿ وَإِذۡ جَعَلۡنَا ٱلۡبَيۡتَ مَثَابَةٗ لِّلنَّاسِ ١٢٥ ﴾ [ البقرة: 125 ]
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia”. (QS al-Baqarah: 125).
Yaitu dijadikan tempat berkumpulnya manusia dari segala penjuru dunia sepanjang tahun, bukan hanya sekedar menyelesaikan hajatnya saja, namun, tiap kali mereka sering berkunjung maka bertambah pula rasa kerinduan padanya.
BACA JUGA: Perjuangan Nabi di Tanah Gersang Mekkah
Seorang penyair berkata:
Mata ini enggan untuk memejam tatkala melihatnya
Sampai mengharap kedipan berikutnya karena begitu rindu
Berapa banyak harta dan jiwa yang dikeluarkan demi kecintaan padanya, dirinya rela untuk meninggalkan keluarga dan anak-anaknya. Bahkan orang-orang yang dikasihinya serta negeri tempat menambatkan cinta.
Berjalan menerjang segala macam rintangan dan tantangan, membuang kerinduan dan kangen bersama orang yang disayangi. Dia lakukan itu semua dengan penuh kenikmatan mengharap perjumpaan dengannya. [5]
Keutamaan Kota Mekkah yang Keempatbelas: Diantara perkara yang menunjukan akan keutamaannya ialah adanya ancaman bagi siapa saja yang punya keinginan buruk di Mekkah walaupun tidak dilakukannya.
Berdasarkan Firman Allah tabaraka wa ta’ala:
﴿ وَمَن يُرِدۡ فِيهِ بِإِلۡحَادِۢ بِظُلۡمٖ نُّذِقۡهُ مِنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ٢٥﴾ [ الحج: 25 ]
“Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara kezaliman, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih”. (QS al-Hajj: 25).
Syaikh Abdurahman as-Sa’di menjelaskan: “Hanya sekedar punya keinginan untuk berbuat dhalim atau suatu kejahatan maka itu sudah cukup baginya untuk mendapat siksa. Walaupun kita dapati adanya perbuatan yang seorang hamba tidak disiksa melainkan setelah melakukan kedaliman tersebut. Didalam ayat yang mulia ini menunjukan wajibnya menghormati al-Haram, sangat mengagungkan, serta peringatan bagi siapa saja yang punya keinginan berbuat maksiat serta ingin melakukannya disana”. [6] Adalah Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu ‘anhuma mempunyai dua kemah, salah satunya berada diluar batas tanah Haram dan yang satunya lagi berada dikawasan tanah Haram.
BACA JUGA: Doa untuk Kota Mekkah dan Madinah
Beliau menjadikan kalau sekiranya ingin menghukum salah satu anggota keluarganya maka beliau memberi hukuman tersebut ditenda yang berada diluar batas tanah Haram. Dan jika beliau ingin sholat maka beliau sholat dikemah yang berada didalam kawasan Haram. Ini sebagai ancaman yang sangat bagi siapa saja yang melakukan perbuatan maksiat serta dosa besar di dalam kota Makkah, seperti halnya riba, zina, mengkonsumsi narkotika dengan segala macam dan jenisnya, menyiarkan acara-acara yang jelek, mendengarkan nyanyian. serta lain sebagainya dari perbuatan dan jenis maksiat serta kemungkaran.[7] []
[4] . Zaadul Ma’ad 1/53. Badai’ul Fawaid 2/6.
[5] . Zaadul Ma’ad 1/51-52.
[6] . Tafsir Syaikh as-Sa’di hal: 671.
[7] . Ahkam Haram al-Maki oleh Syaikh D. Sami ash-Shuqair hal: 21-24.
SUMBER: ISLAMHOUSE.COM