SUDAH bukan rahasia lagi jika keadaan manusia pada zaman sekarang sudah sedemikian rusak. Ibarat langit dan bumi jika dibandingkan dengan keadaan manusia pada zaman sahabat Rasulullah SAW. Contohnya saja para sahabat adalah manusia yang paling giat ibadahnya, namun mereka masih takut ibadahnya tidak diterima oleh Allah SWT. Sedangkan amalan kita sangat terbatas, lebih banyak dosa dan maksiat. Namun, kita terlalu ‘PeDe’ dengan amal yang pas-pasan.
Kian hari kondisi manusia akan semakin buruk, makin rusak dan semakin jauh dari petunjuk. Salah satu penyebabnya adalah karena Allah SWT telah banyak mencabut kehidupan orang-orang shalih di muka bumi. Banyak dari mereka sudah wafat karena terbunuh oleh orang-orang kafir atau sebab lainnya.
Di negeri kita saja, sudah banyak para ajengan satu persatu diambil oleh Rabb mereka. Banyak pondok pesantren yang berubah haluan ketika kyai mereka sudah meninggal. Banyak ormas-ormas Islam yang cenderung liberal ketika tokoh dan orang baik dari mereka pergi untuk selamanya. Bahkan, dalam konunitas yang lebih sempit juga tak jarang kita saksikan anak-anak kyai menjadi liar, ahli maksiat, bahkan murtad setelah ayahnya meninggal.
Inilah kondisi akhir zaman yang dinubuwatkan. Kepergian orang-orang shalih semakin membuat membuat zaman kian rusak, kedzaliman kian merata dan kebodohan dengan cepat tersebar. Rasulullah bersabda:
“Tidak akan tiba hari kiamat hingga Allah mengambil orang-orang baik dari penduduk bumi, sehingga yang tersisa hanyalah orang-orang yang jelek, mereka tidak mengetahui yang baik dan tidak mengingkari yang munkar.” (HR Ahmad).
Barangkali merupakan sebuah sunatullah jika Allah di tengah rusaknya zaman, Allah mencabut nyawa orang-orang shalih terlebih dahulu. Wafatnya mereka adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah untuk mempercepat perjumpaan mereka dengan Dzat yang paling dicintainya. Mereka sendiri semakin diringankan beban hidupnya karena tidak lagi harus menanggung berat dosa akibat kondisi kehidupan yang semakin kacau. []