Oleh: Wahid Mu’tashim Billah
Mahasiswa UNS Solo
wahidmb1611@gmail.com
DUA puluh delapan hari yang lalu, ummat islam diseluruh dunia mendapatkan tamu agung. Tamu ini hadir setiap setahun sekali selama satu bulan penuh dengan penuh keberkahan yang dibawanya. Semua amal kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya, pintu-pintu keburukan dijauhkan, amnesti terhadap dosa diberikan secara cuma-cuma. Manusia berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan bonus yang berlimpah ruah tersebut.
Targetan amal kebaikan dibuat jauh-jauh sebelum datangnya bulan Ramadhan. Tidak lupa juga mencari partner terbaik dengan harapan bisa saling mengingatkan akan targetan yang pernah dituliskan. Semua usaha dikeluarkan dengan harapan Ramadhan tahun ini bisa lebih baik dari pada tahun sebelumnya.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa perintah puasa Ramadhan yang terdapat pada Q.S Al Baqarah : 183 ini ditunjukkan kepada orang-orang yang beriman. Hanya orang-orang yang memliki keimanan yang kuat yang bisa menjalankan puasa Ramadhan dengan baik. Maka tidak heran kalau sering kita jumpai orang-orang yang tidak berpuasa dan tetap makan seperti biasa di tempat umum. Diakhir ayat ini Allah memberikan challenge kepada kita agar selesainya bulan Ramadhan ini kita dapat menjadi manusia-manusia yang lebih bertaqwa.
Al imanu yazidu wa yanqush, yang namanya iman itu akan selalu naik dan turun. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Ketika iman sedang turun apakah kita akan terus hanyut dan menikmati kefuturan yang sedang dialami atau malah sebaliknya kita berjuang agar iman itu kembali naik dan kembali dekat dengan Allah.
Maka bulan Ramadhan ini menjadi bulan latihan untuk benar-benar menguji keimanan pada diri kita. Tidak jarang dari kita saat bulan Ramadhan ini keimanan kita dalam kondisi yang baik. Tandanya mudah, kita lebih ringan dalam menjalankan ibadah baik yang wajib maupun ibadah Sunnah. Shalat malam, dzikir, tilawah, sedekah, dan berbagai macam ibadah lainnya sangat mudah dilaksanakan di bulan ini.
Sebagai contoh, di bulan Ramadhan kita bisa tilawah 2-3 juz dalam sehari, qiyyamul lail hampir tidak pernah bolong, sedekah hampir disemua masjid atau panti asuhan. Ibadah inilah yang akan menjaga keimanan kita selama satu bulan. Nah pertanyaannya adalah apakah hal tersebut bisa dilakukan di bulan bulan lain? Atau lebih gampangnya karena di awal disebut bulan Ramadhan ini sebagai sarana melatih diri, pertanyaannya lebih spesifik yaitu apakah kita semua bisa mempertahankan kebaikan-kebaikan itu pasca perginya bulan mulia ini?
Pertanyaan tersebut juga menjadi tamparan bagi penulis karena penulis masih harus belajar banyak dan semoga ini menjadi pengingat kita bersama. Semoga kita semua dapat memenangkan Ramadhan dan bisa menjadi lebih baik pasca perginya bulan mulia ini. Layaknya seekor ulat yang berpuasa lalu setelah puasanya selesai ulat tersebut berubah menjadi seekor kupu-kupu cantik yang menjadi penyejuk mata bagi yang melihatnya.
Wallahu ‘alam bishawab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.