ABU Abdirrahman Hatim bin Alwan (w. 237 H/751 M), dikenal sebagai seorang syekh yang tuli. Kenapa demikian?
Alkisah Abu Ali ad-Daqqaq (w. 405 H/ 1015M) menghikayatkan, suatu hari ada seorang wanita yang mendatangi Syekh Hatim. Ia memiliki hajat soal perkara tertentu.
Di tengah-tengah pembicaraan, wanita tersebut buang angin—alias kentut. Ia pun kelabakan dengan kejadian tersebut, merasa malu jikalau syekh mengetahuinya.
Namun alih-alih menegur atau menertawakan si wanita tersebut, syekh berpura-pura tak mendengarnya. Ia berperilaku seolah-olah tuli, meski mengetahui dengan jelas si wanita itu kentut.
Dengan kebijaksanaannya, Syekh meminta, “Keraskanlah suaramu, hai wanita!”
Dengan perasaan lega, wanita tersebut meneruskan urusannya bersama Syekh tanpa rasa canggung. Ia beranggapan syekh tidak mendengar kentutnya tadi.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Syekh Hatim al-Asham berpura-pura tuli selama kurang lebih 15 tahun selama wanita tersebut hidup. []
Sumber: Syarh Syu’ab al-Iman