Saya percaya bahwa sesungguhnya tidak ada satu hati pun yang benar-benar siap untuk ditinggal pergi. Meskipun ia tahu, perpisahan adalah pasangan abadi sebuah pertemuan.
Hati ini masih belum bisa move on dari Ramadhan. Masih rindu dengan teduhnya, dengan suasananya, dengan malamnya, dengan shalatnya, dengan gema lantunan Qur’annya.
BACA JUGA: Menjaga Iman Pasca Perginya Bulan Ramadhan
Diri yang lain mengajak untuk menyendiri, berkontemplasi, menyepi sejenak mengumpulkan kembali kenangan ramadhan yang terukir.
Hati dan pikiran tak ingin kalah. Bekerja sama membuat rencana-rencana agar euforia ramadhan tak hanya berhenti sampai di sini, agar semangatnya tetap terjaga hingga tiba waktunya bertemu kembali.
Semoga selepas ramadhan, Qur’an masih menjadi yang nomor satu dalam genggaman. Lebih-lebih daripada waktu dan perhatian yang diberikan untuk smartphone kesayangan.
BACA JUGA: Ramadhan Menuntun Kita
Mohon maaf jika tak kirimkan satu persatu ucapan doa dan maaf. Terbatasnya sambungan data dan kiriman kata tak berarti terbatasnya doa dan dalamnya cinta. []
SUMBER: TUMBLR QUR’ANERS