SYAIKH Mahmud Al-Mishri berkisah, suatu ketika seorang jamaah masjid di tempat tinggalnya bercerita tentang pemuda yang telah ditolong Allah dan diselamatkan dari neraka jahannam yang jaraknya tinggal satu hasta saja.
“Allah telah menolong dan menyelamatkan saya dari neraka, padahal sebelumnya jarak antara saya dan neraka itu hanya tinggal satu hasta,” ucap pemuda itu memulai kisahnya.
Pemuda itu menceritakan bahwa ia memiliki dua orang teman yang setiap tahunnya itu berkunjung ke suatu negeri untuk melakukan maksiat –minum khamr, judi hingga zina.
Pada sebuah kesempatan, pemuda itu diajak kedua temannya untuk mengunjungi negara tempat mereka berbuat maksiat. Sepanjang perjalanan, keduanya menceritakan kisah-kisah indah seputar perjalanan dosa mereka tersebut.
Ketika itu mereka memutuskan untuk mengunjungi negara itu dengan mengunakan mobil, alasannya agar mudah dan lebih leluasa melakukan apapun.
Mereka pun kemudian berangkat ke negara tersebut dan melewati jarak sekian kilometer dengan waktu yang relatif singkat. Pemuda itu duduk di kursi belakang, sementara kedua temannya duduk di kursi depan.
Ketika tengah di perjalanan, tetiba tatapan pemuda itu dikejutkan dengan rambu-rambu lalu lintas antar kota yang lain daripada lainnya. Apa yang aneh?
Di rambu-rambu lalu lintas itu tertulis, “150 km menuju neraka jahannam.”
Melihat rambu-rambu lalulintas yang aneh tersebut, pemuda itu sontak terkejut dan melompat dari tempat duduknya. “Ya, Allah,” ucap pemuda itu.
Ia kontan mengatakan apa yang dilihatnya pada saat itu kepada kedua temannya.
“Apa kalian berdua tidak membaca?” Tanya pemuda itu pada kedua temannya.
“Membaca apa?” kedua temannya malah bertanya balik.
“Ada rambu-rambu bertuliskan 150 km menuju neraka jahannam!” tegas pemuda itu.
Kedua temannya itu hanya tertawa, menyanggahnya dengan mengatakan apa yang dilihat pemuda itu hanya halusinasi.
“Kamu lelah, butuh istirahat,” jawab keduanya.
Pemuda itu pun terdiam.
Setelah 50 km perjalanan, muncul rambu-rambu kedua. Lagi-lagi dengan tulisan yang tak lazim, bertuliskan “100 km menuju neraka jahannam.”
Nampaknya Allah hendak menyelamatkan pemuda itu, dan dia kemudian mengingatkan dengan keras kedua temannya.
“Ayo kembali dan bertaubat kepada Allah, ini peringatan Allah,” ucap pemuda itu. Namun kedua temannya itu tidak menghiraukannya.
Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk turun dari kendaraan tersebut dan memutuskan pulang. Kedua temannya pun menurunkan ia dan mereka tetap melanjutkan perjalanannya.
Saat itu pukul tiga malam (dini hari). Pemuda itu hanya diam di pinggir jalan, dan menunggu hamper satu jam lamanya ketika sebuah truk lewat dan kemudian berhenti. Ia bersyukur atas kemurahan sopir truk yang mau mengajaknya.
Di dalam kendaraan itu, sopir tersebut tidak berbicara apapun. Ia hanya berulangkali mengucap, “Inna lillah wa inna ilaihi rajiun.”
Pemuda itu penasaran. Ia menanyakan kenapa sopir truk itu berulang kali mengucap kalimat itu. “Ada apa?” tanyanya.
“Ada kecelakaan,” jawab sopir itu. “Ada mobil tabrakan dan terbakar. Semua yang ada di dalam mobil itu mati. Saya berusaha menolong kedua orang di dalam mobil itu, tapi mereka api telah membakar mereka,” lanjutnya.
“Apa warna mobil itu?” Tanya pemuda itu semakin pensaran.
Ternyata, mobil tersebut adalah mobil kedua temannya itu. Pemuda itu langsung menangis bersyukur kepada Allah dengan kemuliaan dan rahmant-Nya yang telah menyelamakannya. []
Sumber: Sa’atan Sa’atan | Semua Ada Saatnya | Karya Syaikh Mahmud Al-Mishri | Penerjemah Ustaz Abdul Somad | Pustaka Al-Kautsar 2011