Oleh: Rahmat Zuhair
INDONESIA patut berbangga karena dianugerahi keberagaman yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Keberagaman yang ada perlu dijaga dengan langkah langkah yang bertujuan untuk menjaga keadilan dan kesejahteraan masyarakat, karena kunci utama bertahannya sebuah keberagaman adalah keadilan. Terlihat dari berbagai artikel menyatakan salah satu alasan wilayah wilayah tersebut ingin memisahkan diri adalah ketimpangan ekonomi.
Menjadi hal penting bagi bangsa ini menjaga yang namanya keadilan dan mencegah ketimpangan dalam bidang ekonomi. Mengutip pernyataan Anies Baswedan dalam sebuah video, beliau mengatakan “ Indonesia tidak butuh sebuah program tetapi Indonesia membutuhkan gerakan karena gerakan sifatnya mengajak.”
BACA JUGA: Ketika Kedermawanan Berbuah Balasan Tunai dari Allah
kenapa sih “Gerakan Anti Pelit” sangat memungkinkan untuk menjadi gerakan nasional di Indonesia? Jawabannya adalah Indonesia lahir dari perjuangan dan gotong royong, kesamaan sejarah inilah yang dapat menjadi penyentuh hati dari setiap anak bangsa untuk bersedekah ataupun menjadi penggeraka gerakan ini. Alasan alasan lainnya di antaranya yaitu:
Paradox thrift
Konsep gerakan anti pelit ini dapat diperkuat dengan salah satu konsep dalam bersedekah yaitu di dalam ekonomi mengatakan bahwa motif berjaga-jaga menjadi alibi yang ampuh dalam menyikapi situasi ekonomi yang belum pasti.
Dengan menunda belanja (delayed purchase) pada periode berjalan, masing-masing pelaku ekonomi memiliki bekal kemampuan finansial yang lebih kuat dalam melakukan aktivitas ekonominya di masa mendatang, persoalannya menjadi sangat berbeda ketika perilaku menunda belanja dilakukan secara masif.
Akibatnya, perekonomian tengah mengalami paradox thrift. Begitu pun dalam bersedekah atau berinfaq maka ketika seseorang atau sekelompok orang menahan seumberdaya nya berupa uang dan tidak disalurkan dalam bentuk zakat, infaq ataupun sedekah maka akan berdampak buruk pada perekonomian.
Dampak yang akan terjadi ketika seseorang menahan uangnya untuk ditabung dan tidak mengalokasikan uangnya untuk berzakat ataupun infaq maka akan terjadi ketimpangan dalam ekonomi. Maka di dalam sebuah kehidupan bernegara ketika kaum berpenghasilan tinggi tidak mempunyai rasa memiliki maka akan berdampak pada terjadinya ketimpangan tersebut. Dibutuhkan keadilan didalam pikiran dan hati.
Indonesia Juara 1 Negara DERMAWAN
Indonesia menjadi negara paling dermawan di dunia menurut Charities Aid Foundation (CAF). Dalam laporannya tentang CAF World Giving Index per Oktober 2018, Indonesia menempati posisi teratas dari 144 negara. Hal ini adalah pertanda bahwa bangsa Indonesia sebenarnya sudah mempunyai potensi untuk tergerak dalam sistem yang baik yaitu sistem gotong royong dalam berbangsa dan bernegara berupa sedekah dan infaq.
Dengan adanya predikat tersebut dapat menjadi dasar untuk gerakan ini dijadikan gerakan nasional, tetapi penilaian tersebut adalah terkait kedermawanan Indonesia terhadap negara lain. Yang kita pertanyakan saat sekarang adalah dermawankah Indonesia terhadap negeri sendiri?
Mampukah ketimpangan yang terjadi di Indonesia menjadi cambuk bagi masyarakat kelas atas untuk membantu sesama dan dengan hal tersebut mereka telah membantu perekonomian Indonesia.
Gerakan ini adalah Jawaban
Riset International Forum on Indonesian Development (Infid) menyebutkan kekayaan 1% penduduk di Indonesia setara dengan 45 kekayaan nasional dan ketimpangan kekayaan tersebut terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketimpangan yang ada di indonesia, lahirnya ketimpangan tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya pemerataan penghasilan dan kerakusan dari beberapa oligarki yang ada di Indonesia, sebuah ketimpangan dalam ekonomi terjadi ketika orang orang terdidik tetapi tidak tercerahkan hadir menguasai ekonomi.
Perlu sebuah gerakan agar sebagian kelompok kelompok elite yang menguasai kekayaan nasional menjadi tersadarkan, Indonesia sekarang harus menggunakan solusi solusi yang membuat masyarakat Indonesia tercerahkan sehingga perasaan menguasai dan rakus tidak menjadi budaya dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Dengan membuat sebuah gerakan anti pelit yang masif akan menyadarkan sebagian atau seluruh rakyat indonesia bahwa bangsa indonesia lahir dari semangat kebersamaan. Gerakan anti pelit lahir didasarkan semangat perbaikan dan keadilan untuk mencapai kata Sejahtera untuk bangsa Indonesia.
Islam dan Antipelit
Agama islam adalah agama bagi seluruh alam, Islam yang artinya kedamaian. Oleh karena itu nilai nilai yang ditanamkan oleh islam adalah nilai nilai yang menciptakan kedamaian diantara umat manusia salah satunya dalam aspek perekonomian. Islam sangat memperhatikan sistem dan juga proses bagaimana caranya agar umat manusia tetap mendapatkan keadilan didalam kehidupan jika dilihat dari sisi ekonomi.
Karena Islam agama yang sangat visioner maka yang ditawarkan dan diimplementasikan akan berdampak pada kehidupan umat manusia secara jangka panjang dan menghasilkan multiplier effect yang positif.
Tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 261, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.”
Berangkat dari dalil tersebut Islam adalah agama yang menjadikan umat manusia agar menjauhi sifat anti pelit karena hal tersebut akan berdampak bagi kehidupan di dunia dan di akhirat. Akibat dari sifat anti pelit ketika hidup di dunia adalah seperti yang dijelaskan dalam teori paradoks of thrift di atas dan akibatnya ketika di akhirat kita akan mendapatkan balasan api neraka.
Islam adalah agama yang sempurna, selalu memperhatikan aspek yang terjadi d idunia dan di akhirat kelak, untuk kita orang orang yang mengaku muslim tidak ada salahnya kita menerapkan ekonomi Islam di dalam berekonomi di negara ini. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.