AHAD (22/3/2020), menandai peringatan 16 tahun pembunuhan yang dilakukan penjajah Zionis terhadap Syaikh Ahmad Yassin, pendiri dan pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas, yang pergi setelah perjalanan penuh kontribusi dan pengorbanan.
Tepat pada Senin, 22 Maret 2004, setelah dia pulang dari melaksanakan shalat subuh di masjid “Al-Majma’ Al-Islami” di kampung Sabra, di Kota Gaza, dekat rumahnya, pesawat tempur penjajah Israel meluncurkan rudal dan membunuhnya bersama bersama dengan sembilan jamaah lainnya.
BACA JUGA: Kenanganku Bersama Syaikh Ahmad Yasin
Syaikh Ahmad Yasin telah meninggal, namun perjalanan hidupnya tetap menjadi cahaya yang menerangi jalan orang-orang yang berjalan menuju kebebasan. Gerakan yang dia tanam (Hamas) telah tubuh memperbesar dan mengumpulkan prestasi menuju awal pembebasan dan kemenangan.
Syaikh Ahmad Ismail Hassan Yassin “Abu Muhammad” lahir di Palestina di desa Al-Joura, di distrik Ashkelon pada Juni 1936 M.
Syaikh Yassin dibesarkan dalam keluarga yang religius dan berpengetahuan luas. Hidup dari bertani dan berburu. Ayahnya meninggal ketika dia berusia kurang dari lima tahun.
Syaikh Yassin mengalami kecelakaan yang menyakitkan ketika dia berusia enam belas tahun yang menyebabkan kelumpuhan fisiknya. Saat itu dia sedang berlatih senam di pantai Laut Gaza bersama teman-temannya pada pertengahan Juli 1952, dia jatuh lehernya dulu, yang mengakibatkan patah beberapa ruas tulang belakangnya, yang membuat Yassin berjuang dengan kondisi lumpuh sampai dia gugur syahid.
Pendidikan dan pekerjaan
Yassin memulai kehidupan sekolahnya di desa Al-Joura hingga sekolah dasar kelas 4. Dia keluar dari sekolah selama tiga tahun berturut-turut karena kemiskinan yang yang dialami keluarganya setelah pindah ke Gaza. Kondisi ini memaksa dirinya bekerja untuk membantu menghidupi keluarganya dengan saudara-saudaranya yang lebih tua.
Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan dasarnya di Sekolah Imam Al-Syafi’i di Gaza, sekolah menengah pertama di Sekolah Al-Remal, yang sekarang dikenal sebagai Al-Carmel. Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di Sekolah Palestina dan memperoleh ijazah sekolah menengah atas pada bulan Juni 1958.
Dia diangkat sebagai guru pendidikan bahasa Arab dan Islam di sekolah-sekolah pemerintah pada tanggal 4 Oktober di tahun yang sama dia memperoleh ijazah sekolah menengah atas, setelah lulus ujian yang diikuti oleh lebih dari seribu lima ratus pelamar untuk posisi mengajar. Setelah penasihat gubernur Mahmoud Shihab menolak pengangkatannya karena kelemahan fisiknya, sang Gubernur justru bersikeras mengangkatannya. Dia memberikan alasan bahwa dia (Yassin) memiliki kemauan yang kuat untuk menyelesaikan studinya, apakah dia tidak layak diangkat sebagai guru?
Yassin belajar sekolah menengah atas lagi pada tahun 1964 M, untuk bisa melanjutkan kuliah di dengan Universitas Ain Shams di Fakultas Bahasa Inggris di Mesir. Akan tetapi dia hanya menghabiskan waktu satu tahun karena dia dicegah memasuki wilayah Mesir dengan dalih aktivitas Islamnya. Dia ditangkap oleh otoritas Mesir setelah operasi penangkapan yang dilakukan terhadap para aktivis Ikhwanul Muslimin tahun 1965.
Berkeluarga
Syaikh Ahmad Yassin menikah pada tahun 1961 M, memiliki dua putra. Akan tetapi mereka meninggal lebih cepat. Setelah itu di dikaruniai tiga putra dan delapan putri.
Bersama keluarganya, Yassin meninggalkan desa Al-Joura di Kamp Pengungsi Al-Shati di Kota Gaza. Setelah setelah beberapa kali berpindah-pindah antara Gaza dan Gaza Tengah, kemudian dia bersama keluarganya tinggal menetap di daerah Sabra dekat Masjid Al-Majma’ Al-Islami di Gaza sampai gugur syahid.
Sifat dan karakternya
Syaikh Ahmad Yassin memiliki banyak keistimewaan sifat dan karakter yang melekat pada dirinya sepanjang hidupnya. Meskipun beragam kondisi dan situasi dialami di dalam dan di luar penjara Zionis. Di antara sifat-sifat istimewa Syaikh Yassin adalah:
• Akhlak mulia. Sifat yang paling menonjol adalah kelapangan dada pada saat menerima orang, berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka, menyelesaikan masalah mereka, memiliki sikap zuhud pada dunia, meskipun banyak tawaran harta benda yang diberikan kepadanya untuk memberbaiki rumahnya yang sederhana, memiliki rasa humor, dan gemar berinfak di jalan Allah meskipun penghasilannya terbatas.
• Kemauan dan tekad yang kuat. Hal ini tercermin pada tekad dan kegigihannya untuk menyelesaikan studi, menentang penjajahan, berdakwah di jalan Allah, dan hidup untuk orang lain meskipun banyak penyakit yang menimpa dirinya, terutama kelumpuhan quadriplegia ( keempat tungkai dan badan).
BACA JUGA: Perjalanan Hidup Yasin, di Usia 9 Tahun Hafal Qur’an
• Kebijaksanaan dalam mengelola organisasi Islam dan membuat musuhnya kehilangan kesempatan, demia perjuangan Palestina. Perjuangan yang membutuhkan persatuan nasional dalam menghadapi pendudukan penjajah Zionis.
• Ketajaman wawasan dalam membaca persoalan yang sedang terjadi, terutama yang berkaitan dengan masalah Palestina di semua tingkatan. Dia menanganinya secara seimbang, yang membuatnya mencapai banyak keberhasilan untuk kepentingan rakyat Palestina dan isu perjuangan Palestina yang adil.
• Keteguhan sikap demi kemenangan atas ridha Allah yang Mahakuasa dengan cara berdakwah dan menyeru ke jalan-Nya yang lurus. Tidak pernah melepaskan,walau satu inci pun dari tanah Palestina yang dicintainya, kepada musuh. Teguh dalam memerangi kerusakan dan para perusak di negerinya, apa pun hasil dan konsekuensi yang harus ditanggungnya. []
SUMBER: PALINFO