PADA akhir kematian seseorang nanti hanya ada dua macam, yaitu secara husnul khatimah (akhir yang baik) dan su’ul khatimah (akhir yang buruk). Semuanya itu tergantung bagaimana saat dicabut nyawa nanti apakah kita sedang berbuat kebaikan atau malah keburukan.
Husnul khatimah artinya akhir yang baik, sebuah anugerah Allah Subhanahu wa ta’ala yang agung untuk mengakhiri kehidupan dengan sebaik-baiknya. Namun seperti juga karunia Allah Subhanahu wa ta’ala yang lain, husnul khatimah tidak diraih dengan berpangku tangan, tanpa usaha, perencanaan, dan persiapan yang memadai.
Jika kita memilih untuk meninggal secara husnul khatimah, maka artinya kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapinya. Maka dari itu, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang meninggal secara khusnul khatimah, yaitu meninggal dengan salah satu cara yang menjadi tanda orang husnul khatimah.
BACA JUGA: Syarat Husnul Khatimah
Namun apa sajakah tanda-tanda orang yang meninggal secara husnul khatimah? Berikut ini di antaranya:
Meninggal dengan mengucapkan Laa ilaaha illallah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallah’ maka dia akan masuk surga,” (HR. Abu Dawud).
Meninggal dalam keadaan dahinya berkeringat
Berdasar hadits Ibnu Buraidah bin Hashib, “Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya bahwa ia berada di Khurasan, ia menjenguk saudaranya yang sakit, ia menemuinya tengah sekarat dan dahinya berkeringat, ia berkata: Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mu`min meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat didahinya,” (HR. Ahmad).
Meninggal pada waktu siang/malam jumat
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia di hari Jum’at atau pada malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur,” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Meninggal dalam keadaan mati syahid/terbunuh di medan perang di jalan Allah
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)
Meninggal karena penyakit tha’un/sampar
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Mati karena penyakit sampar adalah syahid bagi setiap muslim,” (HR. Bukhari).
Meninggal karena tenggelam atau tertimpa reruntuhan
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang meninggal karena penyakit tha’un, sakit perut, tenggelam, orang yang kejatuhan (bangunan atau tebing) dan meninggal di jalan Allah,” (HR. Bukhari).
Wanita yang meninggal karena kehamilan disebabkan anak yang sedang dikandungnya
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Terbunuhnya seorang muslim terhitung syahid, kematian karena wabah thaun terhitung syahid, kematian karena sakit perut terhitung syahid, kematian karena tenggelam terhitung syahid dan seorang wanita yang mati karena melahirkan anaknya terhitung syahid,” (HR. Ahmad).
Meninggal karena membela agama/nyawa
“Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan agamanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan nyawanya maka dia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan keluarganya maka dia syahid,” (HR. Tirmidzi)
Meninggal karena membela harta
Abu Hurairah RA meriwayatkan, “Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau ada seseorang yang hendak mengambil hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan engkau berikan hartamu!” Bagaimana kalau ia melawanku?” Beliau bersabda; “Lawanlah dia!”, “Bagaimana kalau dia membunuhku?” Beliau bersabda; “Engkau syahid”, “Bagaimana kalau aku yang membunuhnya?” Beliau bersabda; “Dia di neraka!” (HR. Muslim).
BACA JUGA: 7 Hal yang Bisa Mengantarkan Kita Meninggal Husnul Khatimah
Meninggal karena sedang berjaga di jalan Allah
Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rezeki baginya, dan ia terjaga dari fitnah.” (HR. Muslim, no. 1913)
Meninggal tatkala sedang beramal shalih
Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang orang yang meninggal dalam kondisi beramal, “Siapa yang menyatakan Laa ilaaha illallah ikhlas mengharap wajah Allah, dan dia akhiri hidupnya dengan ikrar ini, maka dia masuk surga. Siapa yang berpuasa dengan ikhlas mengharap wajah Allah, dan dia akhiri hidupnya dengan puasa ini, maka dia masuk surga. Siapa yang sedekah dengan ikhlas mengharap wajah Allah, dan dia akhiri hidupnya dengan sedekah ini, maka dia masuk surga.” (HR. Ahmad 23324 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Mati di jalan Allah SWT (HR. Muslim).
Meninggal karena penyakit radang selaput dada (HR. Ahmad).
Meninggal karena terbakar api (HR. Ahmad).
Meninggal karena sakit perut (HR. Muslim).
Meninggal karena terjangkit penyakit TBC (HR. Ath Thabrani).
[]