PALESTINA—200 kota di Palestina dan desa-desa di Area C Tepi Barat dikabarkan tengah menderita kelangkaan air serius. Menurut laporan surat kabar Maariv pada Sabtu (15/4/2017), warga sulit mendapatkan air akibat terisolasi dari jaringan air Israel.
Menurut laporan, krisis air di daerah-daerah Palestina bertepatan dengan menyusutnya sumber daya air di wilayah Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Ini menyoroti krisis air di Gaza akibat jaringan sumber daya air yang runtuh. Semua diakibatkan tingkat salinitas yang meningkat di perusahaan penampungan air yang rusak, imbasnya air dari laut Mediterania ikut merembes.
Surat kabar Haaretz menggambarkan masalah air di Gaza sebagai salah satu faktor yang akan menyebabkan situasi yang rapuh di daerah yang diblokade akan “meledak.”
Kesepakatan Oslo yang telah ditandatangani antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), telah memberikan kekuasaan bagi Israel atas sumber air di Tepi Barat dan dibagi dengan tidak merata.
Berdasarkan perjanjian, Israel mendapat 80 persen dari air gunung Tepi Barat (salah satu dari tiga sumber bawah tanah bersama oleh Israel dan Palestina), sedangkan sisanya untuk Palestina.
Perjanjian juga tidak menetapkan batasan pada jumlah air yang dapat diambil oleh Israel. Namun justru membatasi Palestina, yang hanya kebagian 118 juta meter kubik air dari sumur-sumur yang ada sebelum perjanjian. []