APAKAH sahabat menyadari bahwa lafadz “syurokaa” dalam Al Quran itu ternyata ada dua bentuk?
Jadi, untuk kata kata “syurokaa”, dalam Al Quran tertulis شركاء dan شركاؤا.
Lalu, apa beda antara keduanya?
· Contoh شركاؤا (wawu sbg tempat hamzah plus alif) yang terletak di surat Al An’am 94:
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاء ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاؤُا
· Contoh شركاء (tanpa wadah & alif) yang terletak di surat Al An’am 139:
وَقَالُواْ مَا فِي بُطُونِ هَذِهِ الأَنْعَامِ خَالِصَةٌ لِّذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَى أَزْوَاجِنَا وَإِن يَكُن مَّيْتَةً فَهُمْ فِيهِ شُرَكَاء
Menurut riwayat Hafs ‘an ‘Ashim, yang biasa kita baca sehari-hari, tidak ada bedanya sama sekali, baik ketika dibaca secara washal (sambung) maupun waqaf (berhenti), semuanya dibaca huruf hamzah biasa.
BACA JUGA: 6 Lafadz Zikir yang Hanya 1 Menit
Yang menjadi pertanyaan, mengapa sampai berbeda penulisannya begitu?
Menurut ulama Al Quran cara penulisan Al-Qur’an ada 2 pendapat:
1. Tauqiifi, yaitu berdasar perintah Nabi Muhammad ﷺ.
2. Taufiqi, yaitu berdasa hasil ijtihad sahabat di dalam mengumpulkan qira’at yang terpisah-pisah dalam satu kitab
Meskipun para ulama mengokohkan pendapat yang pertama, namun pendapat kedua juga kuat berdasarkan dalil-dalil.
Sebelumnya, mari simak kalam sahabat Zaid, bin Tsabit r.a. :
فوالله لو كلفوني نقل جبل من الجبال ما كان أثقل عليَّ مما أمرني به من جمع القرآن
Artinya: “Demi Allah, Andai kalian menugaskanku memindahkan sebuah gunung daripada gunung-gunung tidaklah lebih berat daripada apa yang kalian perintahkan kepadaku yaitu mengumpulkan Al-Qur’an”.
Pendapat kedua ini membuat kita bisa mulai merasakan perasaan Zaid bin Tsabit tentang betapa beratnya menyusun sebuah mushaf 30 juz yang tertulis terpisah-pisah pada pelepah kurma, bebatuan, kulit hewan dan lain sebagainya, sekaligus merangkum bacaan-bacaan yang super ‘njelimet’ pada sebuah kitab komplit yang mengandung beragam bacaan.
Menurut bacaan imam Hamzah dengan 2 rawinya, yaitu imam Khalaf & Khallad (salah satu Imam Qiroat Sab’ah), ternyata cara membaca شركاؤا dengan شركاء memiliki cara baca yang berbeda jauh ketika waqaf saja.
Tahukah anda, bahwa cara membaca شركاؤا ada 12 macam, sedangkan شركاء hanya 5 macam.
Pertama: Kata شركاؤا ada 12 cara baca perinciannya:
1. Syuroka a (2 harakat, hamzah diatas waunya hilang/mahdzuf)
2. Syuroka a a a (4 harakat, hamzah diatas waunya hilang/mahdzuf)
3. Syuroka a a a a a (6 harakat, hamzah diatas waunya hilang/mahdzuf)
4. Syuroka a a a a a (6 harakat, hamzah berharakat dhommah ditashil dengan roum)
5. Syuroka a a a (4 harakat, hamzah berharakat dhommah ditashil dengan roum)
6. Syuroka aw (2 harakat, hamzah dirubah menjadi huruf wawu sukun)
7. Syuroka a a aw (4 harakat, hamzah dirubah menjadi huruf wawu sukun)
8. Syuroka a a a a aw (6 harakat, hamzah dirubah menjadi huruf wawu sukun)
9. Syuroka a (2 harakat, wawu berharakat dhommah di isymam)
10. Syuroka a a a (4 harakat, wawu berharakat dhommah di isymam)
11. Syuroka a a a a a (6 harakat, wawu berharakat dhommah di isymam)
12. Syuroka a (2 harakat, wawu berharakat dhommah di baca roum)
Adapun kata شركاء (hamzah tanpa wadah & alif) hanya ada 5 cara baca. Perinciannya bisa dilihat pada penjelasan diatas, tepatnya pada point 1-5 saja.
Bagaimana, sekarang sudah tahu kan apa sebabnya kok cara penulisannya berbeda? padahal cara bacanya sama menurut bacaan kita sehari-hari.
Sekali lagi, jawaban ringkasannya ada 2:
1. Bahwa Al Quran yang dihadapan kita saat ini cara penulisannya mengandung ilmu qiraat yang berbeda cara bacanya menurut imam/riwayat lain.
2. Lebih spesifik lagi, cara membaca شركاؤا dengan شركاء berbeda jauh dalam bacaan imam Hamzah dengan 2 rawinya (Qiro’ah Sab’ah).
FYI, ini hanya satu dari sekian banyak, mungkin ratusan atau ribuan perbedaan cara tulis dan baca dalam Al Quran.
Bagaimana? Apakah ada minat menyelam dalam “samudra tak bertepi” ini?
Masih percaya diri membuat klaim saya paling faham dan pakar Al Quran, padahal ilmunya tidak lebih dari beberapa persen dari ‘setetes air samudra’ ini?
Keterangan di atas juga sempat membuat saya sedikit shock.
BACA JUGA: 6 Alasan Imam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Membaca Mad Jaiz Munfashil dengan Qashr
“1 kata aja bisa dibaca sebanyak 12 kali?”.
Tapi bagaimana lagi, memang begitu adanya diriwayatkan dan diajarkan dari Nabi Muhammad ﷺ.
Benar, ada kemungkinan besar Nabi Muhammad ﷺ tidak mengajarkan 12 cara tersebut ke para sahabat.
Yang perlu diketahui, beliau cuma mengajarkan ushul (pondasi awal cara baca) yang akhirnya oleh para ulama ditemukan 12 cara tersebut.
Semoga dapat menambah wawasan Qur’ani kita. Mohon masukan dan koreksinya bila ada kesalahan atau khilaf. []
SUMBER: MARQAZ QIRAAT INDONESIA