“DUNIA bertanya ketika akan meninggalkan dia, apa yang kamu ambil dariku? Dia langsung menjawab sendiri, tidak ada yang bisa kauambil, tidak ada yang bisa kau bawa, kecuali dua hal, tanah untuk kuburanmu dan kain kafan!”
Dunia dikejar, harta dikejar, sampai tidak ada selesainya. Kebutuhan, apalagi keinginan, jika terus dituruti tidak akan pernah ada habisnya; terpenuhi yang ini, muncul yang lain; terkejar keinginan yang satu, datang keinginan yang lain. Begitu seterusnya, sampai kita sendiri tidak bisa menikmati dunia yang kita kejar mati-matian.
Seperti kisah kakek tua ini yang mengumpulkan hartanya dengan niat ingin membahagiakan istri dan keluarganya, namun yang didapat malah sebuah malapetaka yang menimbulkan masalah bagi dirinya di kehidupan mendatang.
Tersebutlah seorang tua yang kaya raya. Ia begitu khawatir dengan masa depan anaknya. Oleh karena itu, ia membanting tulang dan memeras keringat untuk membahagiakan istri dan anak-anaknya. Suatu hari, Allah Swt menakdirkan ia meninggal dunia.
Saat itu, didapatilah olehnya sebuah kebenaran, yaitu kekecewaan bahwa keluarganya tidak mencintainya sebagaimana ia mencintai keluarganya. Dari dalam kubur sana, kepada orangtua ini diperlihatkan, bahwa kesedihan anak dan istrinya hanya sebatas tujuh hari kematiannya. Sepeninggalannya, anak keturunannya malah saling bermusuhan karena berebut warisan kemudian sebagian lagi bermaksiat dengan harta warisannya itu.
Menangislah orang tua tersebut. Kini, jelas sudah baginya, bahwa tidak ada bagian dunia untuknya di akhirat karena tidak ada yang dibawa, sedangkan amalnya hanya sedikit.
Dari kisah di atas, dapat diambil hikmah bahwa sebanyak apapun kekayaan di dunia, ketika manusia meninggal maka semua itu tidak akan dibawanya menemaninya ke liang kubur kecuali 3 perkara, yaitu amal jariyah, anak yang sholeh-sholeha, dan ilmu yang bermanfaat. Waallahu’alam []
Sumber: Kaya Lewat Jalan Tol (Kaya Hati, Kaya Rasa, Kaya Raya). Ustadz Yusuf Mansur. Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta