ADA kenikmatan yang membuat banyak manusia tertipu. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surah At-Takatsur (surah ke-102) ayat 8:
ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِࣖ
Kemudian, kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).
Kenikmatan yang Membuat Banyak Manusia Tertipu: Penjelasan Ayat
Pertanyaan tersebut bersifat umum karena mencakup segala kenikmatan yang kita rasakan. Allah akan menanyakan kesehatan kita dilakukan untuk apa. Akan ditanyai pula tentang waktu luang telah dihabiskan untuk apa. Dua nikmat inilah yang membuat manusia sering terperdaya. Nabi ﷺ bersabda: “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.”
BACA JUGA: Zaid bin Tsabit dan Mushaf Al-Quran
Seseorang memiliki kesehatan yang prima, tetapi tidak dimanfaatkannya untuk memperbanyak ibadah padahal kelak akan datang masa tuanya. Demikian juga waktu luangnya tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal, kelak akan datang masa ketika waktu luangnya sedikit. Begitu pun dengan nikmat-nikmat yang lain.
Semuanya akan ditanyai oleh Allah. Bahkan, kenikmatan berupa kurma yang dimakan atau air putih yang diminum pun akan ditanya. Oleh karena itu, kita hendaknya mulai menyiapkan jawaban tentang dua pertanyaan yang akan ditanyakan—harta dan kenikmatan yang ada pada dirinya—mulai sekarang. dari mana ia mendapatkannya dan ke mana dia menghabiskannya.
Sangat banyak manusia yang tidak dapat menjawab pertanyaan pertama. Mereka yang mencari harta dengan harta yang haram atau cara riba, menzalimi orang lain, menipu orang bodoh, dan cara-cara haram lainnya. Seandainya pun ia selamat, masih ada tantangan selanjutnya: ke mana ia menghabiskan harta tersebut. Ia bisa jadi memperolehnya dengan jalan atau sumber yang halal. Akan tetapi, ia menghabiskannya untuk berfoya-foya, misalnya, berjalan-jalan ke negara kafir atau membeli sesuatu yang tidak perlu.
BACA JUGA: Bermegah-Megahan dalam Mengumpulkan Harta Sangat Menyita Waktu.
Beberapa pelajaran berharga yang dapat dipetik dari kandungan Surah At-Takastur adalah sebagai berikut:
Kenikmatan yang Membuat Banyak Manusia Tertipu yang Pertama, disunahkan untuk ziarah kubur agar kita tidak lalai karena dunia.
Menziarahi kubur merupakan salah satu hal yang menyadarkan manusia bahwa hidupnya hanya sementara. Hartanya tidak akan dibawa bersamanya ke dalam kubur.
Lalu, ia akan memperhatikan kondisi akhir orang-orang hebat atau orang-orang kaya yang semua meninggal dan dikubur tanpa membawa kehebatan dan kekayaannya. Oleh karena itulah, Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya untuk menziarahi kuburan. beliau bersabda: “Maka, berziarahlah kalian karena ziarah tersebut dapat mengingatkan kalian kepada kematian.”
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa seseorang dianjurkan untuk mendatangi dan melihat orang yang sedang sakaratul maut. Hal ini dapat membekas di dalam hati. Lalu, kita pun menyadari dan tidak tepedaya oleh kesehatan kita dan harta yang dimiliki bahkan dalam kondisi yang kita tidak sadari. Seorang penyair berkata: “Berbekalah engkau dengan ketakwaan (karena) sesungguhnya engkau tidak tahu jika telah tiba malam hari apakah engkau masih bisa hidup hingga pagi hari.”
“Betapa banyak orang yang sehat tiba-tiba meninggal (Allah mencabut nyawanya) tanpa didahului sakit. Dan betapa banyak orang sakit parah disangka akan meninggal dunia ternyata masih hidup.”
Melihat orang yang sedang sakaratul maut memang tidak selalu mudah didapatkan. Hal ini berbeda dengan ziarah kubur yang dapat dilakukan setiap saat. Syariat memerintahkan untuk sering berziarah kubur—tidak memerintahkan melihat kondisi sakaratul maut—karena berziarah memang mudah dilakukan.
Kenikmatan yang Membuat Banyak Manusia Tertipu Kedua, adanya keterkaitan antara syahwat dengan syubhat.
Celaan Allah terhadap orang-orang dalam surah ini ditujukan kepada orang-orang kafir yang berusaha menolak beriman terhadap hari kebangkitan. Mereka beriman kepada Allah, tetapi tidak mau beriman terhadap hari kebangkitan. Kesesatan ini diawali dari sikap mereka yang hanya ingin memuaskan syahwat dan hidup di dunia dengan sepuas-puasnya.
Seandainya mereka meyakini adanya hari kebangkitan, mereka akan berhenti dari perilaku memuaskan hawa nafsu. Namun, adanya syahwat yang ingin dipuaskan membuat mereka menolak adanya hari kebangkitan.
Demikianlah keadaan mayoritas manusia. Betapa banyak syariat yang ditolak karena syahwat dan bertentangan dengan keinginan hawa nafsunya. Ketika larangan itu ada, ia mulai mencari pembenaran dan syubhat yang sesuai dengan keinginannya. Sebagian orang yang melakukan perkara bid’ah atau mungkar malah berusaha membantahnya ketika ia ditegur dengan dalil ia tidak ingin meninggalkan perkara tersebut karena itulah sumber mata pencaharian atau sumber kesenangannya.
Misalnya, seseorang yang sangat menyukai musik. Ia tidak tenang jika tidak mendengarkan musik. Ketika dikatakan kepadanya bahwa musik itu haram menurut kesepakatan ulama 4 mazhab dan telah jelas melarangnya dari Rasulullah ﷺ seperti dalam Shahih Bukhari yang tidak diragukan keshahihannya, ia justru berusaha menjadi perkataan-perkataan ulama yang membolehkannya. Padahal, dalilnya sudah jelas. Semua itu karena ia dikuasai hawa nafsunya. Itulah cinta buta dengan musik dan tidak dapat ditunjukkan oleh dalil sehingga menolak kebenaran hukum tersebut.
BACA JUGA: 7 Fakta dalam Al-Quran yang Mengagumkan!
Kenikmatan yang Membuat Banyak Manusia Tertipu yang Ketiga, seseorang hendaknya selalu yakin bahwa seluruh hartanya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Dengan demikian, ketika ia mengumpulkan harta dan menyalurkannya, ia siap untuk menjawab pertanyaan Allah pada Hari Kiamat. Yang menggunakannya untuk beribadah kepada Allah, bukan bermaksiat kepada-Nya.
As-Sa’di berkata: “Nikmat yang kalian rasakan di dunia, apakah kalian telah mensyukurinya dan kalian menunaikan hak Allah? Kalian tidak menggunakannya untuk bermaksiat padanya? Maka, Allah pun akan memberikan kenikmatan yang lebih tinggi lagi dan lebih baik bagi kalian (di surga kelak). Ataukah kalian teperdaya atau terlalaikan dengan kenikmatan tersebut sehingga kalian tidak mensyukurinya? Bahkan kalian gunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Maka, Allah akan mengazab kalian atas sikap kalian tersebut.”[]
SUMBER: TAFSIR JUZ AMMA, karya Ust. Firanda Andirja | Pusat Studi Quran