Oleh: Ahmad Yusuf Abdurrohman
SAAT mengarungi samudra kehidupan ini, kita pasti menghadapi banyak hal. Dan terkadang, kita juga dihadapkan pada situasi yang silih berganti bagai pasang surutnya air laut.
Semua orang, pasti pernah mengalami hal-hal sulit dalam hidupnya. Perih, pedih, dan menyayat hati terkadang itulah yang kita rasakan. Perasaan-perasaan seperti itulah yang terkadang membuat hati kita merasa bahwa diri ini berada dalam kesengsaraan hidup.
Hati kita hanya dipenuhi perasaan negatif yang menjadikan hidup semakin terasa sempit dan terhimpit. Hati kita, tak mau membuka diri untuk menerima semuanya dengan ikhlas. Dan lebih parahnya, melupakan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan. Naudzubillah min dzalik.
Ada dua kenikmatan, yang sering dilupakan oleh manusia di dunia ini.
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, ‘Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya; kesehatan dan waktu luang.” [1]
BACA Juga: Mush’ab bin Umair, Menjual Semua Kenikmatan Dunia untuk Akhiratnya
Apakah dua nikmat itu?
Itulah nikmat sehat dan waktu luang. Seringkali, manusia merasa dirinya tak punya apa-apa. Padahal, sebenarnya dia memiliki dua kenikmatan yang besar, yaitu kesehatan tubuh dan waktu luang yang belum digunakan secara optimal.
Sahabatku, marilah kita bahas satu persatu.
Yang akan kita bahas pertama kali adalah nikmat sehat. Coba kau berjalan-jalan ke rumah sakit, kau akan menemukan banyak orang yang sakit. Tanyakanlah kepada mereka, bagaimana rasanya menjadi orang sakit? Mereka pasti akan menjawab bahwa lebih enak menjadi orang yang sehat.
Namun, seringkali manusia menyadari nikmatnya kesehatan justru ketika ia merasa sakit. Bukankah begitu?
Ya, terkadang manusia lupa bersyukur atas nikmat yang tak terhingga ini.
Coba kau bayangkan, berapa biaya yang dikeluarkan oleh orang yang sedang dirawat di rumah sakit? Berapa harga tabung oksigen yang mereka hirup setiap detiknya? Kita harus bersyukur masih diberi kesempatan untuk menghirup udara segar dengan gratis.
BACA JUGA: Saat Diberi Lebih, Periksalah: Nikmat atau Fitnah
Coba kau lihat orang-orang yang terbaring lemas di ranjang-ranjang rumah sakit. Tidakkah kita bersyukur kepada Allah atas nikmat sehat yang membuat tubuh kita bisa bergerak bebas tanpa merasakan sakit sedikitpun?
Sahabatku, marilah kita bersyukur kepada Allah atas setiap hirupan napas kita, atas kesehatan yang ada dalam diri kita.
Nah, sahabatku. Itulah nikmat sehat yang sering kita lupakan. Syukurilah ia, dan pergunakanlah dengan sebaik baiknya.
Nikmat kedua yang sering kita lupakan juga adalah nikmat waktu luang.
Apakah waktu luang itu? Waktu luang adalah waktu kosong yang sering kita lalaikan.
Banyak orang yang memiliki waktu luang, namun karena terlena dengannya ia tak segera mengerjakan hal-hal yang bisa dikerjakan. Ironisnya, banyak orang menyesali hal ini ketika menyadari bahwa dirinya tak mempergunakan kesempatannya dengan sebaiknya.
Islam, sebenarnya sudah menuntun agar diri kita mempergunakan waktu luang dengan sebaiknya. Dengan apakah itu? Yaitu dengan mengerjakan hal lain setelah selesai dari mengerjakan suatu hal.
“Faidza faroghta, fanshob. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” [2]
Itulah mengapa, Islam selalu menyarankan hal terbaik bagi seluruh umatnya. Salah satunya adalah memanfaatkan setiap nikmat yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Dan tentu saja tak lupa untuk mensyukurinya.
Referensi:
[1] Hadits ini di riwayatkan oleh Bukhari, no: 5933
[2] QS Asy Syarh Ayat 07