SETIAP hari Allah memerintahkan kita untuk menjaga kualitas iman. Karena ia bisa turun dengan kemaksiatan dan kembali naik dengan ketaatan.
Tidak semua orang bisa dimudahkan Allah untuk bisa menjaganya. Karena selain keinginan (niat) yang kuat ada kunci utama yang tidak boleh dilupakan.
Masalahnya perkara apa yang bisa menjaga keduanya?
1. Kualitas Iman: Suplemen fisik
Jika badan (fisik) sakit, optimalisasi keimanan tentu akan menurun seiring dengan menurunnya amal-amal sholih. Apalagi tak jarang keluhan dan uring-uringan dalam mengahadapi sakit tentu berpengaruh dalam menjaga kualitas iman.
Faktor makanan dan asupan berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Apalagi juga bisa mempengaruhi emosi seseorang. Marah, tenang, sedih adalah bagian dari emosi itu sendiri. Artinya makanan secara tidak langsung sangat mempengaruhi seseorang dalam menjalankan ketaatan.
Makanya Islam menganjurkan kita untuk memakan makanan halal dan thoyyib. (Albaqarah:168). Supaya bisa menjaga hak tubuh yang diamanahkan oleh Allah Ta’ala.
2. Kualitas Iman: Suplemen hati (jiwa)
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya“. (HR. Ahmad).
Baiknya keimanan akan dipengaruhi oleh baiknya hati, dan baiknya hati dipengaruhi oleh baiknya lisan. Maka jangan heran bila lisan yang buruk berpengaruh kepada menurunnya kualitas iman.
Selain lisan, perkara yang sering dilihat mata, yang sering didengar telinga juga menjadi corong masuknya hal-hal yang berpengaruh pada kualitas hati.
Hati adalah pusat dari keimanan. Ikhlas, sabar, mencintai Allah, takut kepada Allah, berharap hanya kepada Allah, tawakal dan semua amalan hati adalah perkara yang urgen dalam menjaga keimanan.
Oleh karenanya hati yang bebas dari segala penyakit dapat diupayakan dengan selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan. Baik dalam hati, perbuatan maupun ucapan. Seperti zikir, membaca- tadabbur Al-Qur’an serta sholat terbukti menjadi perkara yang paling cepat untuk menaikkan frekuensi keimanan.
Wallahu a’lam. []