BUDAYA Tionghoa merupakan salah satu budaya tertua di dunia dengan tradisi yang luas dan beragam. Bagian penting dari budaya, yang telah berkembang selama berabad-abad, adalah seni bela diri Tiongkok.
Seni bela diri Tiongkok, atau juga dikenal sebagai Wu Shu dan Kung Fu, mencakup ratusan gaya bertarung. Masing-masing terinspirasi oleh agama, filosofi, dan legenda Tiongkok yang berbeda. Salah satu filosofi tradisional adalah menyelaraskan energi internal dan eksternal dan untuk mencapai kesempurnaan fisik dan spiritual.
Keluarga Hui yang merupakan etnis Tionghoa Muslim mendapat inspirasi dari tradisi Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, “Orang kuat bukanlah pegulat yang baik; orang kuat hanya orang yang mengontrol dirinya sendiri saat dia marah.”
BACA JUGA: Catatan Uyghur (1): 10 Suku Muslim di Cina
Anggota Hui didorong untuk menciptakan perpaduan antara kepercayaan Islam dan tradisi Tiongkok, seni bela diri Hui. Guru besar baru telah lahir dan tidak akan lama lagi mereka mencapai tingkat tertinggi Wu shu.
Berikut adalah dua tokoh master besar Hui:
Ma Xianda
Grandmaster Muslim Ma Xianda lahir pada tahun 1932 di provinsi Hebei, Cina. Ia termasuk generasi keenam dari keluarga seniman bela diri Hui terkemuka dan beberapa master yang telah mencapai tingkat tertinggi dalam seni bela diri Tiongkok, yaitu Duan ke-9.
Dia adalah salah satu yang pertama dan termuda pada saat itu yang menerima peringkat ini. Ayah dan pamannya mulai melatihnya pada usia lima tahun.
Grandmaster Ma mempelajari banyak gaya Wu Shu tradisional dan mempelajari tinju, gulat Mongolia (Shuaj Jian), dan anggar.
Diperkirakan dia mengajar sekitar 10.000 siswa selama karirnya, termasuk Zhao Chanjun dan Jet Li. Pada tahun 1980 ia menjadi pelatih seni bela diri dan koreografer utama untuk film “Kuil Shaolin” yang dibintangi oleh Jet Li.
Selain itu, lebih dari dua puluh muridnya mendapatkan gelar Wu Ying, ‘Pahlawan Bela Diri’. Ini adalah gelar yang diberikan kepada atlet yang telah menempati lebih dari satu posisi tiga besar di kejuaraan nasional China. Kedua putranya juga juara nasional. Ini lebih seperti warisan keluarga.
Wang Zi-Ping
Grandmaster Muslim lain yang harus disebutkan adalah Wang Zi-Ping. Ia lahir tahun 1881 dan hidup sampai tahun 1973. Semasa hidupnya ia menghidupkan kembali gelar “Singa Kung Fu Cina”. Padahal ayah dan kakeknya adalah seniman bela diri terkenal. Mereka menolak untuk mengajar Zi-Ping. Mereka tidak ingin dia mengalami penderitaan yang harus mereka alami.
Wang Zi-Ping di sisi lain sangat bersemangat tentang itu dan mulai berlatih sendiri ketika dia berusia tujuh tahun. Dia membuat keputusan untuk bepergian ke seluruh negeri.
BACA JUGA: Inilah Puisi Karya Kaisar China, Isinya Pujian terhadap Islam dan Nabi Muhammad
Selama perjalanannya, dia dipilih untuk berlatih di bawah master Wu Shu Yang Hong Xiu. Banyak yang berani menantangnya dalam perkelahian tetapi dia tetap tak terkalahkan. Pekerja Jerman, sekelompok pemain Judo dan seorang Amerika bernama Sullivan tidak bisa menang atas dia.
Setelah revolusi 1949 ia dihormati sebagai pahlawan dan diangkat sebagai Deputi Kongres Rakyat Multisipal Shanghai, Wakil Presiden Asosiasi Wh Shu Nasional dan sebagai anggota Federasi Olahraga Seluruh China.
Ma Xianda dan Wang Zi-Ping hanyalah dua contoh dari daftar panjang Grandmaster Muslim dan contoh lain tentang bagaimana Muslim mengambil bagian dalam lebih banyak aspek kehidupan daripada yang mungkin Anda pikirkan. Banyak seniman bela diri di seluruh dunia tidak hanya mengagumi mereka, tetapi juga menjadi inspirasi dan motivasi bagi mereka. Pengaruh Grandmaster ini tidak akan pernah dilupakan. []
SUMBER: MVSLIM