BANYAK orang bilang jika pada saat ini susah mencari orang jujur, ibarat mencari jarum ditumpukan jerami. Padahal sebagai seorang Muslim kita wajib untuk senantiasa berbuat jujur dan menjauhi dusta. Mengingat penduduk Indonesia mayoritas Muslim, seharusnya mudah ditemukan orang jujur, tapi kenyataannya tidak demikian. Kepribadian asli seorang Muslim adalah pribadi yang adil dan jujur. Sedangkan dusta dan khianat bukan sifat seorang Mukmin.
Ibnu Hajar ra membawakan hadits riwayat al-Bazzâr, dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra yang dimarfu’kan kepada Nabi SAW. Beliau SAW bersabda:
يُطْبَعُ الْمُؤْمِنُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ الْخِيَانَة وَالْكَذِب.
“Seorang mukmin dapat terbentuk wataknya berdasarkan watak apa saja kecuali khianat dan dusta.”
BACA JUGA: Jujurlah agar Jual Beli jadi Berkah
Artinya, seorang mukmin bisa terbentuk wataknya menjadi berwatak apa saja selain khianat dan dusta.
Banyak hadits yang menjelaskan kewajiban berlaku jujur dan menjelaskan tentang keharaman prilaku dusta.
Namun, pada kenyataannya, mengapa seringkali terjadi ketidakjujuran, penipuan dan penggelapan? Bahkan hampir di segala lapisan masyarakat dan banyak dilakukan oleh orang yang secara formal tercatat sebagai Muslim?
Akibat dari semua itu antara lain korupsi. Ternyata korupsi bukan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang besar yang memiliki peluang-peluang besar serta memiliki kekuasaan besar. Tetapi juga dapat dilakukan oleh segala lapisan umat dengan kemungkinan serta peluang sekecil apapun. Contohnya pedagang buah bisa melakukan korupsi dengan menipu timbangan, pedagang kain bisa melakukan korupsi melalui penipuan tentang ukuran kain, pesuruh kecil di kantor-kantor bisa melakukan perbuatan korupsi dengan tidak mengembalikan uang belanja yang seharusnya, pegawai dengan mengelabui nota atau kwitansi sementara toko atau perusahaan tempat belanja justru mendukung terjadinya pembuatan kuitansi palsu. Pelajar dan mahasiswa juga dapat melakukan tindakan korupsi ketika menjadi pengurus keuangan dengan membuat laporan-laporan palsu atau fiktif, betapapun kecilnya, atau ketika melakukan penipuan dengan kebiasaan nyontek pada saat ujian.
BACA JUGA: 5 Jenis Sifat Jujur yang Wajib Dimiliki Setiap Muslim, Apa Saja?
Mirisnya, lembaga-lembaga pendidikan pun dapat melakukan tindak penipuan atau korupsi melalui rekayasa laporan-laporan keuangan, atau upaya-upaya tidak jujur lainnya. Jika terjadi demikian pada lembaga-lembaga pendidikan yang nota bene merupakan lembaga kaderisasi manusia dan pemimpin masa depan, maka kelak akan lahir manusia-manusia yang terdidik tidak jujur, menjadi penipu terpelajar, koruptor dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, apabila sebuah bangsa ingin menjadi bangsa besar, berwibawa dan disegani, maka bangsa itu harus berani membangun dirinya berdasarkan asas kejujuran dan harus berani meninggalkan sifat dusta, betapapun beratnya.
Takwa kepada Allâh SWT dan takut akan ancaman siksaNya di akhirat, akan dapat mendorong seseorang untuk selalu bersikap jujur dan menjauhi sikap dusta. Jika takwa dan rasa takut kepada Allâh Azza wa Jalla telah tertanam dalam jiwa dan telah terbentuk, berarti telah terbentuk pula pengawasan melekat pada tiap-tiap individu Muslim. Dengan demikian segalanya akan berjalan lancar, Insya Allâh. []
SUMBER: ALQURAN-SUNNAH