SIAPA yang tak kenal Abu Jahal? Salah satu pemuka Quraisy yang membenci Nabi Muhammad ini ternyata mempunyai pandangan yang lain tentang Nabi Muhammad. Jika selama ini kita tahu ia sangat membenci Nabi Muhammad, ternyata di sisi lain ia percaya bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang jujur. Lantas mengapa ia tak kunjung beriman pada Allah?
Kisahnya berawal dari keponakan Abu Jahal yang bertanya kepadanya tentang pribadi Muhammad bin Abdullah. Ia bertanya, “Wahai pamanku, apakah kalian menuduh Muhammad itu berdusta sebelum ia mengatakan apa yang dia katakan sekarang ini?”
“Wahai anak saudariku, demi Allah! Sungguh sewaktu Muhammad masih seorang pemuda, ia digelari al-amin (yang terpercaya) di tengah-tengah kami. Kami sama sekali tak pernah mencoba menyebutnya berdusta,” kata Abu Jahal.
Keponakannya kembali bertanya, “Wahai paman, mengapa kalian tidak mengikutinya?”
Abu Jahal menjawab, “Keponakanku, kami dan bani Hasyim selalu bersaing dalam masalah kemuliaan. Jika mereka memberi makanan, kami juga memberi makanan. Jika mereka menjamu dengan minuman, kami juga demikian. Jika mereka memberi perlindungan, kami juga melakukannya. Sampai-sampai kami sama-sama duduk di atas hewan tunggangan untuk berperang, kami (dan bani Hasyim) sama dalam kemuliaan. Kemudian mereka mengatakan, “’Di kalangan kami ada seorang Nabi (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)’. Kapan kabilahku bisa menyamai kemuliaan ini?”
BACA JUGA:
Pemuda Muhammadiyah Larang Kokam Terlibat Pembubaran Kegiatan Ormas
Pengakuan Abu Jahal tentang Nabi Muhammad
Dikutip dari Kisahmuslim, inilah alasan Abu Jahal menolak beriman. Bukan karena Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu berdusta. Tapi yang menghalanginya adalah kesombongan. Jika dia beriman, berarti kabilahnya kalah dalam kemuliaan. Kabilahnya kalah gengsi dengan bani Hasyim. Dan di zaman sekarang, alasan ini pula yang menjadi latar belakang seseorang menolak kebenaran.
Di hari Perang Badar, al-Akhnas bin Syuraiq bertanya kepada Abu Jahal, “Abul Hakam (sebutan Abu Jahal di tengah kafir Quraisy), beritahu aku tentang Muhammad. Apakah ia orang yang jujur atau pendusta? Karena di sini tak ada seorang Quraisy pun selain aku dan engkau yang mendengar pembicaraan kita.”
Abu Jahal menjawab, “Celaka engkau! Demi Allah, sungguh Muhammad itu seorang yang jujur. Dia sama sekali tak pernah berbohong. Tapi, kalau anak-anak Qushay dengan al-liwa’ (mengatur urusan perang), hijabah (memegang kunci Ka’bah dan pengaturannya), siqayah (memberi jamaah haji minum), dan juga nubuwwah (kenabian), Quraisy yang lain kebagian apa?” (Ibnul Qayyim, Hidayatul Hayara, Hal: 50-51). []