1. DUA hari kurasakan sikapnya berbeda. Kuajak dia makan, biasa aja. Kuajak jalan-jalan dia juga tampak ogah-ogahan. Bicara pun seperlunya. Aku sungguh tak tahu kenapa. Yo wis karena aku ga tahu apa masalahnya, aku juga diam.
“Ayah pasti ga baca WA aku kan?” ujarnya sepertinya mau mengakhir perang dingin karena dah mau menginjak hari ketiga. Di rumah kami, semua orang boleh marahan tapi ga boleh lebih dari tiga hari.
“Hah WA yang mano?” saya kaget.
BACA JUGA:Â Namanya Utang ya Utang Juga
“Tuh kan… Aku minta ayah editin tulisanku!”
Saya garuk-garuk kepala. WA dari dia ketimpa, numpuk jauh di bawah.
2. Istriku sedang pakai jilbab pagi pagi depan cermin. Aku: “Bagiku, kamu selalu terlihat cantik. Whether it’s morning, night, day, raining, dry or whatever…:
Istriku manyun. Kayaknya dah keseringan digombalin jadi ga mempan.
Saya cuek, melanjutkan, dan menunjuk hatinya. “Karena kamu cantik berasal dari hatimu. Jadi ga ngaruh kamu belum mandi ataupun udah.”
Istriku, “Pagi-pagi ga ada kerjaan apa?”
3. Kami di tempat belanja. Ia mengambil beberapa coklat dan makanan ringan.
BACA JUGA:Â Â Dua Menutup Pintu
“Ini untuk anak laki-laki. Dia doyan sekali makan ini,” ujar istriku.
“Banyak bangat. Sejak kapan dia doyan makan ini?”
“Ayah mah ga tau kan anak-anak sukanya apa. Makanan kesukaan aku aja ayah ga tau kan?”
Eh? []