IBADAH haji merupakan rukun Islam yang kelima. Ibadah ini diwajibkan bagi setiap muslim yang mampu melaksanakannya.
Haji merupakan ritual ibadah yang hanya dapat dilaksanakan pada bulan Dzulhijah di tanah suci Mekah. Serangkaian prosesi wajib dijalankan dalam ibadah haji, mulai dari ihram, wukuf, tawaf, sa’I, hingga tahalul.
Berbeda dengan ritual ibadah lainnya dalam Islam, haji memiliki beberapa keunikan. Apa saja keunikan ibdah haji?
BACA JUGA: 5 Ciri Haji Mabrur, Apa Saja?
Dalam buku Bergelar Haji tanpa ke Makkah, H. Syaiful Alim, Lc, memaparkan 7 keunikan ibadah haji, sebagai berikut:
1 Ayat berisi perintah haji
Hanya perintah haji yang pada ayat berisi perintahnya itu diawali dengan kalimat ‘man Istatho’a ilaihi sabilaa’, artinya ‘bagi orang yang mampu melaksanakan perjalanan ke sana.’ Kalimat tersebut termuat dalam QS Ali Imran: 97.
2 Hanya diwajibkan sekali seumur hidup
Ibadah haji hanya wajib dilaksanakan sekali dalam seumur hidup. Jika seorang muslim mampu mengerjakannya berkali-kali, maka itu berstatus sunnah.
Rasulullah SAW bersabda, “Kewajiban haji adalah sekali, dan setelahnya dihukumi sunnah.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Selain itu, terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah.
“Rasulullah SAW pernah berkhutbah di hadapan kami. Beliau mengatakan, ‘Saudara-saudara! Sungguh Allah telah mewajibkan haji kepada kalian. Karena itu, berhajilah.’
Ada orang bertanya, ‘Apakah tiap tahun, wahai Rasulullah?’
Rasulullah diam, sehingga orang tersebut bertanya sampai tiga kali. Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seandainya aku jawab ya, maka haji tentu wajib setiap tahun, lalu akhirnya kalian tidak mampu melaksanakannya.” (HR Muslim)
3 Energi dahsyat ibadah haji
Haji memiliki energy dahsyat yang mampu menggerakan dan menghimpun muslim dari berbagai penjuru dunia sehingga bersatu di Mekah al Mukarramah. Buktinya, orang-orang rela menjual sawah, ladang, ternah, dan hartanya untuk menyambut panggilan haji ini.
Sebagaimana firman Allah:
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki,mengendarai unta yang kurus, dan yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS Al Hajj: 27)
4 Gelar haji/hajjah
Para jamaah yang telah selesai melaksanakan ibadah haji selanjutnya kerap mendapat panggilan Pak haji atau Bu hajjah. Gelar haji/hajjah tersebut merupakan gelar social yang disematkan oleh masyarakat kepada mereka.
Ini berbeda dengan ibadah lainnya yang tidak memperoleh gelar tertentu. Buktinya, tidak ada orang shalat yang dipanggil dengan sebutan Pak/Bu Shalat atau orang berzakat yang dipanggil dengan sebutan Pak/Bu Zakat. Sementara, orang yang berhaji, lekat dengan gelar haji.
5 Ibadah haji tidak bisa sembarang waktu dan tempat
Ibadah haji hanya dapat dilakukan dalam kurun waktu tertentu yakni sekitar Syawal, Dzulqa’dah sampai 13 Dzulhijah. Tempat pelaksanaan haji pun adalah tempat-tempat tertentu saja di Mekah. Tempat-tempat tersebut dikenal dengan sebutan ‘masyair’ seperti masyair Arafah, masyair muzdalifah, masyair mina, dan Ka’bah di Masjidil Haram.
6 Prosesi haji yang tak tergantikan
Ibadah lain, misalanya puasa Ramadhan, bisa diqada atau diganti pada hari lain. Demikian juga shalat, bisa ditunda atau dijamak di lain waktu. Namun, ibadah haji tidak begitu.
Jika ada seorang jamaah yang meninggalkan salah satu rukunya, misalnya tidak ikut wukuf di Arafah, maka hajinya pun dianggap tidak sah dan seluruh prosesi haji harus dia ulang kembali di tahun berikutnya.
7 Ibadah haji itu utama
Abu Al-Faraj Abdurrahman Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaif Al-Ma’arif fima li Mawasim al Am min al-Wazaif berkata, “Haji dan umrah termsuk jihad, karena dalam amalan tersebut seseorang berjuang dengan harta, jiwa, dan badan. Sebagaimana Abu Syatsa berkata, ‘Aku telah memerhatikan pada amalan-amalan kebaikan. Dalam sahalat, terdapat jihad dengan badan, tidak dengan harta. Begitu halnya dengan puasa. Sedangkan haji, terdapat jihad dengan harta dan badan. Ini menunjukkan bahwa amalan haji lebih utama (afdhal).”
Ibnu Qayyim Al Jauziyah pun berkata bahwa shalat dan puasa hanya menghimpun dua unsur ibadah, yaitu keyakinan dan perbuatan anggota badan. Begitu pula dengan zakat, hanya menghimpun dua unsur, yakni keyakinan dan harta. Sedangkan ibadah haji merangkum tiga unsur, yakni keyakinan, harta, dan perbuatan badan. Disamping itu, ibadah haji juga melelahkan karena prosesinya panjang dan membutuhkan kesiapan fisik dan mental. []
Referensi: Bergelar Haji tanpa ke Makkah/Karya: H. Syaiful Alim, Lc/Penerbit: Diva Press/Tahun: 2019