KESUNGGUHANMU untuk mencapai apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, disamping keteledoranmu terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanahkan kepadamu, membutikan butanya mata hatimu.
Ada satu pepatah arab mengatakan, “Man jadda wajada”, siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. pepatah ini seringkali dijadikan penyemangat oleh banyak orang dalam berbagai macam urusannya, dalam meraih cita-cita, karir, bisnis dan urusan lainnya.
BACA JUGA: 6 Tips Cepat Hamil; Ikhtiar agar Dikaruniai Anak
Namun Kebanyakan orang mengartikan kan kan bersungguh-sungguh sebagai kerja keras kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala, memeras keringat, memutar otak, Merancang strategi dan rencana disiplin dalam menjalankannya. Padahal, itu semua tidak akan pernah cukup jika tidak ada kesungguhan dalam berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman:” berdoalah kepadaku, Niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang yang menyombongkan diri dari menyembah trip ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina. ” (QS. Al- mukmin: 60)
Bagaimana kita tidak sungguh-sungguh berdoa meminta kepada Allah padahal Allah yang Maha menguasai segala urusan di dunia ini. Bagaimana bisa kita sibuk mengupayakan ini dan itu untuk meraih suatu pencapaian tanpa meminta kepada Allah padahal Allah yang Maha memiliki segala yang ada di semesta ini.
Sekuat apapun kita mengerahkan tenaga bahkan jika pun kita dibantu oleh seluruh manusia dan jin yang ada di alam ini untuk mengupayakan sesuatu maka tidak akan pernah tercapai kecuali atas izin Allah SWT. Kita harus menyempurnakan ikhtiar, Karena itulah yang Allah jatuhkan kepada kita.
Ikhtiar kita menjadi ladang ibadah bagi kita. Siti Hajar sangat yakin akan jaminan Allah SWT. Tapi Siti Hajar membuktikan keyakinannya itu dengan berikhtiar semaksimal mungkin dengan berlari-lari di antara dua bukit, yaitu Safa dan Marwah untuk menemukan air.
Ini tentu bukan hal yang mudah kau kedua bukit ini memiliki jarak yang cukup jauh apalagi dilakukan oleh seorang ibu dengan dibayang-bayangi wajah bayinya yang kehausan. Siti Hajar terus ikhtiar, sampai kemudian Allah SWT mengeluarkan air zam-zam pada waktunya.
Sungguh Allah SWT menjamin rezeki setiap makhluk, dan tugas kita adalah ikhtiar menjemput jaminan tersebut titik yang serius itu terwujud dalam hati yang sepenuhnya yakin kepada Allah SWT akal yang serius berpikir Sesuai ajaran Rasulullah SAW dan fisik kita maksimal dalam berikhtiar secara Hara halal Insya Allah semua akan menjadi amal Shalih bagi kita.
Dan Allah SWT akan mendatangkan rezeki terbaik pada waktu yang tepat menurut-Nya karena ikhtiar kita bukanlah untuk memaksa Allah SWT agar menurunkan rezeki kepada kita melainkan ikhtiar kita adalah bentuk ibadah kepadanya jangan sampai kita keliru memahami rezeki sebagai jaminan Allah sehingga kita bersikap malas-malasan, santai-santai saja, berbang berpangku tangan tiada mau berusaha.
Apalagi sampai mengandalkan hidup dari uluran tangan orang lain, mengemis belas kasih orang lain. Sungguh ini bukanlah wujud dari keimanan kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda”Allah SWT mencela sikap lemah tidak bersungguh-sungguh, Tetapi kamu harus memiliki sikap cerdas dan cekatan. Namun jika kamu tetap terkalahkan oleh suatu perkara, maka kamu ucapkanlah cukuplah Allah menjadi penolong dan Allah sebaik-baik pelindung. ” (HR Abu Daud)
BACA JUGA: Hakikat Ikhtiar Kita
Seorang muslim diberi amanah Allah oleh Allah SWT berupa dirinya sendiri, Ayahnya, ibunya, anaknya, saudaranya, kerabatnya yang mana perlu ia upayakan untuk bisa menafkahinya. Oleh karena itu merupakan amanah maka sikap orang-orang Mukmin mestilah bertanggung jawab atas amanah itu dengan penuh kesungguhan dan amanah ini tidak bisa dipikul oleh orang-orang yang malas berikhtiar.
Urusan semangat dalam ikhtiar dan menjauhi kemalasan adalah urusan yang penting bagi seorang mukmin. Oleh karenanya Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa, “allahumma inni a’udzubika Minal ajzi wal Kasali Wal jubni wal bukhli. Wa a’udzubika Min adzabil qobri Wamin fitnatil Mahya Wal mamati. Buka kurung Ya Allah aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan kemalasan dari rasa takut dan kejelekan di waktu tua dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-mu dari siksa kubur dan bencana kehidupan dan kematian.” (HR Bukhari dan Muslim). []
REFERENSI: SYARAH AL-HIKAN/ABDULLAH GYMNATIAR/MQS PUBLISHING/2021/BANDUNG