SEBUT saja nama gadis itu Wardhani. Ia berusia 16 tahun. Suatu siang, ia datang ke kantor Islampos. Redaksi yang tengah bekerja menyambutnya. Kepada salah seorang redaktur perempuan Islampos, Wardhani mengatakan niatnya untuk masuk Islam. Selama ini ia adalah seorang pemeluk keyakinan sebuah kepercayaan.
“Saya sudah sejak dahulu ingin memeluk Islam, Mbak,” ujarnya. Namun kendalanya, menurut Wardhani, ia tinggal bersama kerabat keluarganya di Bandung. Oleh kerabatnya itu, ia tidak diizinkan untuk masuk Islam.
Islampos bertanya banyak hal kepadanya semisal mengapa ia ingin memeluk Islam, dan apa yang akan ia lakukan jika nanti sudah masuk Islam.
Wardhani menuturkan bahwa ia ingin memeluk Islam karena dalam ajaran sebelumnya banyak yang tak ia mengerti. Padahal, di ajarannya itu, Wardhani sudah mencapai tingkatan yang tinggi.
Akhirnya setelah yakin, dan memastikan bahwa tidak ada unsur paksaan, redaksi Islampos mempersiapkan prosesi konversi gadis tersebut.
Ustadz Irfan Fauzan, LC., pimpinan SPU Purwakarta, yang satu kantor dengan Islampos membimbingnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Di ruangan itu hanya ada delapan orang redaktur Islampos dan karyawan SPU.
Beberapa kali di pertengahan pengucapan syahadat itu, Wardhani selalu berhenti , kemudian wajahnya menengok ke kiri ke kanan, ke atas dan ke bawah—karena kantor Islampos menempati dua lantai. Kemudian melanjutkan lagi, namun selalu berhenti.
Hadirin yang hadir menyangka bahwa Wardhani kesulitan mengucapkan dua kalimat Syahadat itu. Barulah setelah beberapa kali mengucapkan, Wardhani berhaslil menuntaskan ucapan kalimat Syahadatnya.
Hadirin mengucapkan dizikir, dan redaktur perempuan Islampos dan SPU memeluk saudara seiman yang masih baru itu.
“Tadi itu, ketika di pertengahan saya mengucapkan Syahadat, saya selalu mendengar suara sangat riuh yang bertakbir, ‘Allahu Akbar!’, ‘Alllahu Akbar’, begitu seterusnya. Sangat gempita. Saya berpikir itu Mas dan Mbak yang mengucapkannya, tapi saya lihat bibirnya pada diam semua. Suara takbir itu ada di kanan, kiri, atas dan bawah. Makanya, saya celingukan mencari-cari,” terang Wardhani kemudian.
Hadirin terdiam. Seketika bulu kuduk merinding, dan takjub.
“Itu mungkin para malaikat yang ikut menyaksikan dan bertakbir, Mbak,” ujar Ustadz Irfan. “Allahu alam. Kami sendiri tidak mendengar apa-apa.”
Wardhani bersyukur bisa menjadi seorang Muslimah. Ia merasakan ketenangan yang luar biasa.
Ia berencana akan segera mengganti namanya. “Saat ini, saya akan mencari ayah saya dulu yang berada di luar Jawa,” ujarnya.
SPU Purwakarta memberi Wardhani bekal sebagai hadiah kepada saudara yang baru. []