JAKARTA–Salah satu kota berpenduduk muslim terbesar keempat di Spanyol, Sevilla, 25 ribu umat muslim di sana tidak memiliki ruang ibadah yang layak. Mereka hanya memiliki ruang kecil di lantai dasar apartemen untuk shalat berjamaah.
Hal tersebut diungkapkan Oki Setiana Dewi, artis pendukung gerakan penggalangan dana untuk pembangunan masjid Sevilla saat konferensi pers Program ‘A Time For Seville di Hotel Puri Denpasar’, Jakarta, Jumat (28/4/2017).
“Tidak seperti di Indonesia yang bebas, mereka hanya bisa melakukan shalat saja tanpa ada aktivitas lain, ini karena adanya protes dari warga sekitar yang mengeluh bising jika ada aktifitas lain,” katanya.
Umat muslim Sevilla merupakan generasi kedua dari warga asli Spanyol yang menjadi mualaf. Generasi pertama tumbuh di sebuah kota bernama Granada. Setelah kejayaan Islam runtuh di Eropa, warga Spanyol pergi ke Inggris, mereka menemukan kembali hidayahnya. Di tahun 1970-an mereka kembali ke Spanyol untuk menyebarkan agama Islam.
Baru di tahun 2000 sebuah masjid di Granada bisa berdiri setelah berjuang selama 23 tahun di negara yang kini menjadi sekuler.
“Awalnya lahan masjid di Granada merupakan lahan tak terpakai dan digunakan sebagai pembuangan sampah,” ungkap Oki.
BACA JUGA:
Bantu Bangun Masjid di Spanyol, Dewi Sandra dan Oki Setiana Dewi Bintangi Serial Film ‘A Tile for Sevilla’
Seville Mosque Foundation: Setiap Pekan, Ada Warga yang Masuk Islam di Spanyol
Ini Alasan Franck Ribery Pilih Islam
Setelah gunungan sampah dibersihkan, sebuah masjid berdiri dengan cantik dan saat ini justru menjadi salah satu destinasi wisata halal disana. Semakin berkembangnya penduduk muslim, mereka pun menyebar di kota lain seperti Sevilla.
Sevilla merupakan salah satu kota besar dengan biaya hidup yang tinggi. Untuk membangun masjid membutuhkan biaya yang tidak sedikit, khususnya untuk membeli tanah di lahan umum.
“Saat masuk waktu shalat ketika bekerja dan kuliah mereka kesulitan shalat, karena tidak ada ruang shalat, di tempat umum pun khawatir keamanannya dan untuk kembali ke rumah terlalu jauh,” tutur Oki menjelaskan.
Oki menambahkan, shalat umat Muslim di Sevilla lebih sering di Jama’ terutama shalat dzuhur, ashar dan maghrib. Sedangkan untuk ke masjid di Granada mereka membutuhkan waktu dua jam perjalanan.
“Tak hanya untuk shalat, mereka membutuhkan masjid di pusat kota sebagai tempat diskusi, membina mualaf dan mendidik anak dengan mengajarkan ilmu Islam. Saat ini setiap pekan ada saja satu orang yang memeluk Islam dan mereka butuh pembinaan,” tandasnya.
Sumber: Republika