Oleh: Dedih Mulyadi
DIKISAHKAN Imam Syafi’i rahimahullah yang masih kecil dan yatim diajak oleh ibunya ke Madinah untuk mengikuti pengajian hadits Al Muwattho’ kepada Imam Malik rahimahullah.
Kondisi ibunya saat itu sangat miskin, sehingga tidak mampu membelikan Syafi’i pena dan alat tulis lainnya.
Tetapi Syafi’i tidak patah semangat. Setiap hari beliau mengikuti majlis Imam Malik dan beliau menggunakan telunjuk kanannya sebagai pena setelah ditempelkan ke lidahnya lalu menjadikan tangan kirinya sebagai buku.
BACA JUGA: Sejak Anak-anak, Imam Syafi’i Tak Pernah Lelah Belajar Agama
Melihat kondisi ini Imam Malik merasa terganggu dan memanggil Imam Syafi’i.
“Lebih baik kamu pulang saja, kamu melakukan perbuatan yang sia-sia di sini,” perintah imam Malik kepada Imam Syafi’i.
“Aku ke sini untuk belajar wahai Imam, aku tidak melakukan perbuatan yang sia-sia,” sanggah imam Syafi’i.
“Lantas mengapa setiap aku menyampaikan pelajaran, engkau selalu mencolek lidahmu dengan telunjukmu, bukankah itu perbuatan sia-sia?” ungkap imam Malik.
“Wahai Imam, aku adalah seorang anak yatim yang miskin, ibuku tidak mampu membelikanku alat tulis untuk belajar, sehingga aku tulis seluruh hadis yang kau sampaikan dengan telunjukku dan tangan kiriku ini kujadikan buku,” Imam Syafi’i kembali menyanggah.
BACA JUGA: Imam Syafi’i Membagi Waktu Malamnya Menjadi 3
Mendengar penjelasan Syafi’i tersebut, Imam Malik terperangah sekaligus penasaran, “Kalau begitu sebutkan hadits-hadits yang telah aku sampaikan!”
Dan tanpa diduga, ternyata Imam Syafi’i mampu menyebutkan seluruh hadits dan pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh Imam Malik tanpa ada yang kurang sedikitpun. []