JANGAN jadi jomblo melankolis. Lihat orang punya pacar baru langsung menangis. Saat pegiat syahwat pamer kemesraan menjerit histeris. Jiwa seakan teiris-iris. Hati juga ikut terguris. Jantung seakan henti kembang kempis.
Dipikirnya sendiri itu teramat sadis. Padahal kalau mau berniat manis. Khatamkan Al-Qur’an tentu waktu lebih romantis. Lagipula kita harus berpikir realistis. Cinta model kontrak itu laksana teroris. Mengacau kesucian lahir-batin serupa kawanan Iblis.
Sudahlah harga diri menurun habis. Tubuh juga bakal dipenuhi najis. Dari itu biarkan saja para pengobral zina bermesum narsis. Perbanyak istighfar agar hidup tiada terjerat pergaulan bebas yang bombastis. Agar masa depanmu tiada berakhir dengan dramatis.
Cinta modal bensin eceran tak usah digubris. Kalau dipikir bakal serumit membikin tesis. Daripada dosa menjadi over dosis. Tangguhkan semangat untuk menyadarkan remaja yang sedang berakhlak krisis.
Sebagai pejuang Islam semestinya kita harus berpikir kritis. Berdakwah ‘tuk perangi maksiat agar bisa sedikit mengarah pada elipsis. Berkurang tabiat buruk hingga berangsur-angsur menjadi habis. Semoga saja taubat bisa mewujud dengan fantastis.
Sesungguhnya sebongkah hati itu elastis. Kuncinya tekun syiar kebaikan dengan posisi yang strategis. Salah satunya melalui ceramah dengan gaya humoris. Bisa juga santunkan syiar dengan nada-nada puitis. Percayalah kanibalisme asmara bakal tersentuh kalbunya hingga larut dalam nuansa religius selembut kismis.
Kita itu bukanlah pasukan ISIS. Paham radikal yang sangat begitu mistis. Memusuhi pegiat pacaran akan dianggap sekadar ingin populis. Meski jelas tujuannya agar kebrobokan moral mereka berubah drastis. Namun, apa pun yang terjadi pantang pesimis. Terus berusaha agar kebenaran tetap tertulis. Yakinlah malaikat akan turut berbaris. Mendukung segala niat lurus yang menjulang tinggi laksana sebentuk garis. []
27 Maret 2016