PALESTINA—Yerusalem mulai sibuk dengan berbagai aktivitas sebelum dimulainya bulan Ramadhan, bulan di mana Muslim yang beriman tidak makan dan minum pada siang hari.
Berbagai kesibukan telah dilakukan untuk mempersiapkan Masjid Al-Aqsha, sebagai tempat bagi ratusan ribu umat Islam yang akan datang untuk shalat tarawih di malam pertama Bulan Ramadhan.
Warga Palestina yang dipekerjakan oleh Badan Wakaf selaku lembaga yang merawat Al-Aqsha dan kompleks kuno yang mengelilinginya, ramai mendirikan tenda bagi orang-orang yang berpuasa untuk beristirahat dari terik matahari di samping situs Batu Emas, tempat di mana Nabi Muhammad SAW naik ke surge saat peristiwa Isra Mi’raj.
Warga Muslim di sekitaran Kota Tua, terutama para pemilik toko mulai memajang barang-barang khas Ramadhan, termasuk lampu lentera untuk dekorasi, mushaf Al-Quran, tasbih dan berbagai penganan khas Ramadhan.
Issam Zughaiar, 67, menjual lentera Ramadhan yang berhias bunga yang disebut ‘fanous,’ di pasar Al-Quds yang tertutup. Setiap tahun dia rutin mengunjungi pabrik-pabrik lentera di sekitar Yerusalem, Yordania dan Mesir untuk memilih produk yang akan ia jual.
Lorong-lorong pasar tradisonal mulai dipenuhi aroma manisan yang biasa dimakan saat berbuka. Termasuk atayef, roti manis berlemak dengan keju atau kacang-kacangan dan kue ajwa yang diisi kurma.
Turis Belanda Ari Heida datang untuk melihat persiapan penyambutan bulan suci, yang disebut oleh umat Islam sebagai ‘Tempat Suci’ dan oleh orang Yahudi sebagai ‘Bukit Kuil,’ yang merupakan lokasi sebuah kuil Yahudi kuno yang hancur oleh orang Romawi pada tahun 70 masehi.
“Inilah sebabnya saya suka Yerusalem. Ini adalah pusat bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim. Inilah yang membuat situasi di Yerusalem sangat tegang,” pungkas Heida seperti dikutip Gulftoday.
Israel mengendalikan akses ke lapangan terbuka, yang berada di daerah yang sangat luas antara tempat tinggal Muslim dan Yahudi di Kota Tua. Pihak berwenang Israel telah membatasi akses ke kompleks tersebut selama masa konfrontasi.
Namun untuk saat ini, politik telah terdesak oleh hiruk pikuk dan berbagi aktivitas persiapan Ramadhan.
“Apa yang akan terjadi di bulan Ramadhan, seperti apa situasi keamanannya, apakah Yerusalem akan terbuka atau tidak, apakah masjid akan dibuka atau tidak, kami selalu optimis,” ungkap Abed al-Rahim Sader Helmi Ansari, yang bekerja sebagai pengurus Masjid di Al-Aqsha. []