BERANJAK ke abad pertengahan, menuju benua biru yang tatkala itu kerajaan-kerajaannya menyatakan bahwa mereka adalah kerajaan Kristen, rakyatnya adalah pengabdi salib, dan prajuritnya disebut tentara salib.
Saat Kerajaan Granada yang merupakan kerajaan Islam terakhir di Andalusia runtuh, umat Islam mengalami penderitaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Pembantaian, pengusiran, dan pemaksaan agar berpindah agama dari Islam menjadi Kristen adalah episode kehiudpan yang baru yang mau tidak mau harus mereka lewati. Orang-orang Kristen Eropa berupaya
Membersihkan Islam sebersih-bersihnya dari tanah Andalusia. Karena itulah, hari ini hampir tidak kita lihat syiar-syiar Islam di Negara Spanyol dan Portugal, hampir tidak ada atau memang sudah tidak ada lagi anak keturunan umat Islam di semenanjung Iberia itu.
Salah satu peristiwa penting yang menyebabkan hilangnya umat Islam dan syiar-syiar Islam di Andalusia adalah karena kebijakan Raja Felipe III. Pada tahun 1609, Raja Felippe III menetapkan kebijakan bahwa orang-orang Morisco harus diusir dari wilayah Andalusia. Orang-orang Morisco adalah suatu etnik muslim yang banyak mendiami wilayah Granada lalu dipaksa memeluk agama Kristen, jika tidak, mereka akan dibunuh atau diusir dari Andalusia.
Lalu mengapa Felipe III mengambil kebijakan ini, padahal mereka telah mengganti agamanya? Alasannya adalah karena orang-orang Morisco secara lahiriah adalah Kristen namun mereka tetap melaksanakan ritual-ritual ibadah Islam. Sebenarnya ide pengusiran ini dicetuskan oleh Uskup Agung sekaligus Raja Muda Valencia, Juan de Ribera, lalu pandangan ini mempengaruhi sang pengambil keputusan, Felipe III.
Lebih dari 300.000 orang Morisco diusir dari Andalusia menuju Maroko, Tunisia, atau Aljazair. Diperkirakan sekitar 800.000 orang Morisco telah pergi dari tanah Andalusia sejak runtuhnya kerajaan Granada. Di antara mereka ada yang dijadikan budak dan sebagiannya lagi dibunuh. Namun Felipe III tidak mengizinkan anak-anak berusia dibawah 7 tahun untuk diikutsertakan dalam eksodus ini. Ia tidak ingin anak-anak yang masih bisa diubah dan diatur pemikirannya ini tumbuh di negeri muslim dan menjadi seorang muslim di kemudian hari, sehingga dipisahkanlah anak-anak kecil ini dengan orang tua-orang tua mereka, anak-anak kecil itu tetap tinggal di Valencia sementara orang tua mereka diusir. Dengan demikian, bertambahlah derita orang-orang Morisco yang diusir tersebut. []
Sumber: Kisahmuslim