Oleh: Arief Siddiq Razaan
ALHAMDULILLAH, 28 tahun menjomblo tidak kekurangan apa pun di risalah takdir. Rezeki lancar mengalir, karya tetap terukir, jodoh banyak yang berniat mampir. Untuk masalah yang terakhir, sejauh ini masih berpikir. Bukan karena terlalu pemilih hingga yang naksir harus menyingkir, namun sedang sibuk menyelesaikan tugas mahasiswa yang membuat otak serasa terkilir.
Insya Allah jika gelar Magister sudah mampir. Jodoh akan segera kusegerakan dengan memohon lewat untaian dzikir. Bagi yang telah berjuang hingga detik terakhir, semoga kebaikan cinta menyatukan kita di risalah takdir. Maaf apabila diriku enggan berpacaran untuk mengukuhkan rasa yang mendesir, karena petuah “pacaran itu mendekatkan diri pada zina” buatku khawatir. Baiknya janganlah sampai cinta kusalah tafsir, memaksakan hati untuk pacaran itu cuma golongan orang-orang yang takut jodohnya ngacir.
Nyatanya, banyak yang pacaran bertahun-tahun tetapi harus berakhir. Putus di tengah jalan padahal sudah berkorban harta, benda, rasa dan pikir. Kalau sudah begitu, barulah sesal bertubi hadir. Serupa jadi insan yang paling pandir. Termehek-mehek karena cinta hingga logika kerap terusir. Ketidakwarasan akibat nafsu membuat kedunguan terus terlangsir.
Jomblo itu dianggap hina untuk sebagian pegiat pacaran yang pemikir. Padahal bagi penjomblo, pacaran itu juga tindakan pandir.
Daripada pacaran bertahun-tahun dan kerap diwarnai debat kusir. Lebih baik, tak punya pacar dan kebaikan ucap selalu tersemat dari bibir. Banyak berdizikir, mendoa keselamatan kepada Sang Pemilik takdir. Insya Allah kesempurnaan iman akan terus terkucir. Mengikat hati agar percaya cinta sejati akan segera hadir.
Lewat jodoh yang suci ahlak dan tindak hingga ikhiar menikah sebagai kesempurnaan separuh agama dapat bergulir. []