SEORANG pemuda tengah mengendarai mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Antara kota Mekah dan Jeddah, ia lalui dengan kecepatan di atas rata-rata. Tak lama kemudian, ia mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan.
Sesaat sebelum insiden terjadi, ia sedang menyalakan tape recordernya dengan mendengarkan lagu-lagu Barat seperti yang biasa didengarkan orang-orang. Setelah itu, insiden tabrakan terjadi dan orang yang melihat ke mobilnya mengatakan bahwa ia telah meninggal.
Seorang yang shaleh turun dari mobilnya ketika sedang lewat di jalan itu. Ketika orang-orang melihat pemuda yang mengalami kecelakaan itu, mereka menemukannya sudah mendekati ajalnya. Mereka berkata: “Ini adalah kesempatan untuk mengingatkannya untuk berdzikir kepada Allah dan membimbingnya untuk mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah. Mudah-mudahan saja ia dapat melafazhkannya”. Karena barangsiapa yang akhir ucapannya di kehidupan dunia ini adalah laa ilaaha illallaah, maka ia akan masuk surga.
Orang-orang shaleh itu berkata: “Kami senang jika Allah menyelamatkan pemuda ini dari api neraka Jahannam melalui perantara kami. Maka kami pun mendekati pemuda itu dan membimbingnya untuk melafazhkan kalimat tauhid”. Mereka berkata: “Hai saudaraku! Ucapkanlah laa ilaaha illallaah!”.
Namun apa yang diucapkan oleh pemuda itu?
Ia mengucapkan kata-kata yang merendahkan dirinya di dunia dan akhirat. Ia mengucapkan: “Aku tidak akan pernah melakukan shalat dan tidak akan pernah berpuasa. Sungguh terlaknat agamamu”.
Kalimat-kalimat seperti itulah yang biasa ia ucapkan. Jika beberapa orang shaleh menemuinya dan mengingatkannya untuk melakukan shalat, ia menjawab, “Aku tidak akan pernah shalat dan tidak akan pernah puasa.” Jika mereka menasehatinya, ia justru mencela dan mengejek agama.
Sumber:Kisah-Kisah Su’ul Khatimah/Manshur bin Nashir al-’Awaji/Darussunnah