Oleh : Meilin Afifah
Mahasiswa STEI SEBI
meilinafifah19@gmail.com
MENGHAFAL Al-Qur’an adalah suatu kemuliaan. Karena penghafal Al-Qur’an merupakan keluarga Allah di muka bumi. Dapat memberikan mahkota kebanggaan untuk kedua orang tua di akhirat merupakan salah satu balasan yang diberikan Allah SWT oleh para penghafal Al-Qur’an.
Pada zaman sekarang menghafal Al-Qur’an seperti menjadi sebuah tren, banyak bermunculan para hafiz-hafiz, baik dari kalangan anak-anak, para remaja, dewasa sampai orang tua. Hal ini juga turut memunculkan semangat kepada banyak orang untuk menekuni menghafal Al-Qur’an. Pun kini tempat dan lembaga sebagai fasilitator untuk menghafal Al-Qur’an semakin menjamur. Ajang perlombaan menghafal Al-Qur’an sering digelar.
Namun di balik itu ada yang harus diperhatikan lebih dalam, yaitu tentang adab atau perilaku seseorang dalam menghafal Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an sangat mulia maka sikap kita kepada Al-Qur’an juga harus mulia. Beberapa adab yang harus diperhatikan oleh para penghafal Al-Qur’an diantaranya adalah :
1. Tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai mata pencaharian
Niat yang harus kita tanamkan dalam menghafal Al-Qur’an adalah semata-mata hanya karena mengharap ridho Allah. Bukan untuk urusan dunia atau yang lainnya. Dunia memang sangat menggoda dipandangan, namun hakikatnya semu.
Maka pastikan hafalan kita bukanlah sarana untuk mengejar popularitas, mendapatkan uang, kemudahan beasiswa misalnya ataupun yang lainnya. Karena hal yang demikian akan membuat keberkahan hilang. Percayalah bahwa Allah memuliakan hambanya yang menghafal Al-Qur’an baik di dunia maupun di akhirat. Maka tidak perlu kita menggunakan Al-Qur’an demi urusan keduniaan.
2. Membiasakan diri membaca Al-Qur’an
Seorang penghafal Al-Qur’an harus membangun kedekatannya dengan Al-Qur’an, yaitu dengan membiasakan dan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Jadikanlah Al-Qur’an menjadi sahabat, menemani setiap hari, mengiringi langkah kita, dan terus membersamainya dimana pun dan kapan pun.
Membiasakan untuk membaca Al-Qur’an pada waktu sholat malam
“Setiap malam ketika telat lewat tengah malam Rabb kalian turun ke langit dunia dan berfirman : “Adakah yang berdoa maka akan aku kabulkan” (HR.Bukhari)
Hadist ini menunjukkan betapa istimewanya waktu malam tersebut. Sesungguhnya nilai lebih shalat malam dan bacaan Al-Qur’annya adalah karena ia menyatukan hati, menjauhkannya dari kesibukan-kesibukan lain, dari kelalaian dan memikirkan kebutuhan, lebih menjaga dari riya dan semacamnya yang menjadikan amalan sia-sia.
3. Mengulang hafalan Al-Qur’an dan menghindari lupa
“Ulang-ulanglah Al-Qur’an ini. Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, ia lebih cepat lepas dari pada unta dalam ikatan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist yang sangat mahsyur ini mengingatkan kita. Bahwa setelah mengahafal tugas kita akan lebih berat lagi, yaitu mempertahankan hafalan kita agar tetap berada dalam ingatan. Untuk itu maka penghafal Al-Qur’an harus senantiasa mengulang (muroja’ah) hafalannya. Namun hal ini sering kali dilupakan oleh para penghafal Al-Qur’an.
Biasanya mereka malas untuk mengulang hafalannya karena hafalan mereka tidak lancar. Padahal seharusnya ketidaklancaran itu motivasi terhebat untuk muroja’ah. Karena bukan lancar dulu baru muroja’ah, tetapi muroja’ah dulu baru lancar. Begitulah pesan yang disampaikan oleh salah satu penggerak komunitas para penghafal Al-Qur’an, KH. Deden M. Makhyaruddin, M.A.
Selain itu para penghafal Al-Qur’an haruslah berperangai mulia dan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang dilarang Al-Qur’an demi memuliakan Al-Qur’an. Dan perlu kita perhatikan juga hafal Qur’an dan Penghafal Qur’an, karena terdapat perbedaan dikeduanya. Jika orientasinya hanya hafal Qur’an saja maka banyak orang yang hafal Qur’an namun akhlaknya tidak mencerminkan Al-Qur’an. Sedangkan sejatinya penghafal Al-Qur’an adalah seseorang yang menikmati prosesnya dan berusaha untuk terus membersamai Al-Qur’an sampai ajal menjelang. Dengan terus membacanya, mentadabburinya, dan mengamalkannya.
Dan akhirnya serahkan pada Allah, 1 juz, 10 juz, 20 juz, ataupun 30 juz, itu adalah hadiah dari Allah. Karena menghafal Al-Qur’an itu konsepnya sama dengan ekonomi “high risk high return”. Mungkin sangat sulit dalam prosesnya, tapi apa yang akan didapat juga tidak akan kalah besarnya. Wallahualam bisshawab. []
Referensi: At-Tibyan (Adab Penghafal Al-Qur’an)/ Karya Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi.
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.