Oleh: Hana Annisa Afriliani, S.S
Penulis Buku “Percikan Hikmah di Jalan Hijrah”
hauro.aljannah@gmail.com
RAMBUT bersih berkilau. Anti kusut, ketombe, apalagi kutuan. Kulit kinclong berkilau. Bibir lembab terawat. Semua itu tentu menjadi dambaan setiap perempuan. Maka tak heran jika begitu banyak perempuan yang tak abai merawat kecantikan tubuhnya, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Wajib menjadi perhatian.
Maka skin care dan aneka peralatan kosmetik menjadi hal yang wajib ada di dalam deret pengeluaran bulanan. Tentu hal tersebut tidak salah, karena merawat diri merupakan wujud syukur kita kepada Allah SWT atas pemberian tubuh yang sempurna.
BACA JUGA: Lelaki, Makin Tinggi Ilmu dan Iman, Makin Takut Beristri Lebih dari 1?
Namun, kita juga perlu mengevaluasi diri. Banyak di antara kita yang sibuk merawat kecantikan diri, namun luput merawat iman. Waktu kita habis untuk urusan dunia, sementara perkara iman terbengkalai. Padahal sejatinya iman merupakan pondasi dasar dalam diri setiap Muslim. Iman yang kokoh akan mampu menguatkan kita untuk melangkah di jalan takwa. Iman pula yang akan menjaga kita untuk tetap istiqomah dalam ketaatan.
“…supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada),” (QS Al Fath: 4).
Iman yang tidak dirawat akan terbengkalai, layu, kemudian mati. Mulai dari malas melakukan kebaikan hingga berani melakukan maksiat. Tidak ada lagi yang mampu menjadi penjaga atas diri kita. Kita akan semakin jauh dari Allah. Dan tentu saja akan semakin jauh dari ridhoNya. Tentu kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi bukan? Maka merawat iman merupakan sebuah keharusan yang tak bisa ditawar lagi.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam rangka merawat iman, di antaranya:
Pertama, mendekatkan diri kepada Allah (taqorrub ilallah) lewat ibadah-ibadah wajib maupun sunnah, seperti shalat, shaum, membaca Alquran, zikir, dan lain sebagainya. Dengan itulah hati kita akan senantiasa terpaut dengan Allah.
Kedua, rajin menghadiri kajian Islam. Duduk di majelis ilmu yang membahas soal agama jelas akan membuat kita senantiasa diingatkan untuk tetap berada di jalan takwa. Iman kita pun otomatis akan selalu ter-charge.
Ketiga, memaksakan diri melakukan ketaatan. Ya, standar perbuatan bagi seorang Muslim adalah hukum syara semata. Maka suka atau tidak suka, kita harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Tidak ada pilihan lain bagi seorang Muslim ketika diseru dengan ayat-ayat Allah, kecuali taat. Dengan itulah, iman kita selalu terjaga. Tak ada celah bagi setan untuk menjerumuskan kita pada kemaksiatan.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisaa’ [4]: 65)
BACA JUGA: Apakah Di Wajahnya Ada Cap Tidak Beriman?
Keempat, berkontribusi dalam menegakkan agama Allah. Karena memang sejatinya wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah untuk berjuang di jalan Allah, menegakkan kalimatullah, melakukan amar ma’ruf nahyi munkar. Dengan itu pula lah iman akan selalu terjaga, karena kita disibukkan dengan aktivitas menyebarluaskan kebenaran, maka kita pun akan senantiasa termotivasi untuk berada di jalan kebenaran.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka orang yang benar-benar yang benar “(QS Al-Hujurat [49]: 15). []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.