Oleh: Zia Zakiyan Rahmani
Mahasiswa STEI SEBI
zakizia83@gmail.com
ADA seorang yang berkata pada Ibnu Mas’ud, “Kami tidaklah sanggup mengerjakan shalat malam”. Beliau lantas menjawab, “Yang membuat kalian sulit karena dosa yang kalian perbuat.”
Lalu apakah kita termasuk orang yang sering melewatkan malam begitu saja tanpa bangun untuk shalat malam bahkan tanpa merasa bersedih? Mungkin sudah saatnya kita mengevaluasi diri, dan mulai membiasakan diri untuk shalat malam, meskipun hanya berdiri melaksanakan dua rakaat sebelum azan shubuh berkumandang.
‘Amr bin Al Ash radhiyallahu’anhu berkata, “Satu rakaat shalat malam itu lebih baik dari sepuluh rakaat shalat di siang hari”.
Lukman berkata pada anaknya, “Wahai anakku, jangan sampai suara ayam berkokok mengalahkan kalian. Suara ayam tersebut sebenarnya ingin menyeru kalian untuk bangun di waktu sahur, namun sayangnya kalian lebih senang terlelap tidur.” (Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an)
BACA JUGA: Allah Sembuhkan Fatimah karena Shalat Tahajud
Salah seorang ulama terdahulu bangun di tengah malam yang sangat dingin, saat meletakkan tangannya di bejana air, beliau merasakan sakit dinginnya air itu, beliau ingin kembali ke atas tempat tidur dan hendak membatalkan niatnya untuk berwudhu, namun beliau paksakan mencelupkan tangannya ke dalam air seraya berkata: “Sesungguhnya ini lebih ringan dari pada panasnya api Jahannam”. Apakah ini terjadi begitu saja? Tidak, semuanya membutuhkan proses dan perjuangan.
Tsabit Al Banani berkata, “Saya merasakan kesulitan untuk shalat malam selama 20 tahun dan saya akhirnya menikmatinya 20 tahun setelah itu”. Jadi total beliau membiasakan shalat malam selama 40 tahun. Ini berarti shalat malam itu butuh usaha, kerja keras dan kesabaran agar seseorang terbiasa mengerjakannya.
Bisa karena terbiasa, shalat tahajud tiap malam adalah sebuah kebiasaan yang kita pasti bisa melaksanakannya. Shalat tahajud bukan bakat yang dibawa sejak lahir. Yang Namanya kebiasaan, bisa kita tanamkan dalam diri kita. Bagaimana caranya membangun kebiasaan Tahajud? Berikut beberapa tahapan dalam membangun kebiasaan shalat tahajud.
Pertama, adalah motivasi shalat tahajud. Apa motivasi kita? Apakah demi ingin menjadi orang kaya? Jika hanya ini motivasi kita, maka kita tidak akan pernah mendapatkannya. Lupakan dengan karir dan bisnis, fokuslah bahwa motivasi kita membiasakan diri shalat tahajud adalah karena cinta dan ketaatan kita pada Allah. Jika ini motivasi utama kita, maka yang lainnya akan mengikuti. Begitu pun sebaliknya.
Banyak sekali manfaat dan hikmah dari shalat tahajud. Namun bukan itu alasan kita membiasakan diri shalat tahajud. Alasan kita, motivasi kita hanyalah Allah. Hikmah dan manfaat shalat tahajud hanyalah tambahan motivasi, bahkan kita harus menekankan pada diri kita, bahwa meskipun tidak ada hikmah dan manfaat itu, kita akan tetap menjalankan shalat tahajud dalam rangka karena Allah semata.
Jadi, tegaskan pada diri kita, bahwa kita ikhlas membiasakan shalat tahajud. Bukan karena hal lain, bukan karena ingin balasan di dunia, bukan juga untuk diceritakan kepada orang lain, bukan juga hanya mencapai kepuasan batin, tetapi kita shalat tahajud hanya karena dan untuk Allah semata.
Shalat tahajud bukan shalat sunah biasa, tetapi memiliki keutamaan yang lebih, diantaranya dapat mengangkat kita di posisi yang tinggi, pembuka pintu syurga dan berbagai kelebihan lainnya. Selama Allah dan Rasulnya yang mengatakan ini, kita boleh berharap keutamaan dan manfaat shalat tahajud.
Kedua, mari rasakan bahwa Allah SWT memanggil untuk shalat malam. Untuk menggugah semangat Anda dalam melakukan Qiyamul lail dan bermunajat kepada Allah dalam keheningan adalah rasakan dan hadirkan dalam hati dan pikiran Anda, bahwa Allah yang Maha Agung, menyeru dan memanggil anda agar anda bersimpuh dihadapan-Nya.
BACA JUGA: Apa Perbedaan Qiyamullail dengan Tahajjud?
Renungan apa yang dikatakan oleh Sayyid Qutub dalam tafsir Fi dzilaail Qur’an dalam mengomentari bagian awal surat Al Muzammil.
“Hai orang yang berselimut, bangunlah.”
Ini adalah seruan langit dan suara Allah Yang Maha Agung. Bangunlah untuk bersungguh-sungguh, Berusaha, bekerja, dan beribadah. Bangunlah karena waktu tidur dan istirahat telah berlalu. Bangunlah dan bersiap-siaplah untuk mengerjakannya.
“Mudah mudahan Tuhan-mu mengangkat kami ke tempat terpuji.”
Dengan shalat, Al-Qur’an, Tahajud, dan hubungan yang abadi dengan Allah itu, merupakan jalan untuk mendapatkan tempat yang terpuji, karena Rasulullah SAW di perintahkan untuk shalat, bertahajud dan membaca Al-Qur’an agar Tuhannya memberikan kedudukan yang diizinkan-Nya.
Luruskan niat hanya karena Allah. Berharap balasan dan pahala seperti yang dikatakan Allah dalam Al-Qur’an dan dikatakan Rasulullah dalam hadits shahih. Berharap berbagai hikmah dan manfaat shalat tahajud dalam kehidupan dunia kita. Ambilah inspirasi dari Rasulullah SAW, para sahabat, kaum salaf, dan orang-orang shalih lainnya yang tetap berusaha untuk shalat tahajud apapun kondisinya.
Ketiga adalah membersihkan diri dan jiwa dari dosa. Bertaubat dan berhenti melakukan dosa, sebab jika melakukan terus, usaha pembersihan akan percuma. Lakukan ibadah sebanyak mungkin untuk membersihkan hati kita yang kotor. Dalam buku Mensucikan jiwa, Imam Ghazali menunjukan bahwa semua ibadah itu untuk membersihkan jiwa kita. Oleh karena itu, lakukanlah berbagai ibadah semampunya.
Ikuti berbagai pengajian, membaca buku yang terpercaya, dan mendengarkan berbagai ceramah. Setiap ilmu agama yang masuk ke dalam hati kita, itu akan membersihkan hati kita. Lakukan dzikir, mengingat Allah sesering mungkin. Mengingat kematian, mengingat mati bisa menjinakkan hati kita yang keras. Jauhi kesenangan dan gaya hidup yang hedonis.
Jangan banyak tertawa karena bisa mematikan hati. Makanlah hanya makanan yang halal dan didapatkan dengan cara halal juga. Yang terakhir, berdoalah agar dimudahkan untuk shalat tahajud. Wallahu A’lam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.