ALLAH SWT telah menerapkan aturan dan ketentuan serta hukum-hukum yang harus dijalankan oleh kita, selaku umat yang mengaku tunduk patuh kepada-Nya. Tapi, dalam hal ini, di dunia kita tak bisa secara langsung bertemu dengan-Nya dalam memutuskan suatu perkara.
Selain itu, jika kita ingin berkonsultasi kepada Rasululullah ﷺ pun menjadi hal yang tidak mungkin, sebab beliau sudah tak ada di dunia. Lalu, kepada siapa kita mengadu dalam menyelesaikan suatu permasalahan kehidupan?
BACA JUGA: Alasan Umar Memberhentikan Hakim yang Adil
Satu-satunya orang yang bisa kita pinta solusi dalam pemecahan suatu masalah ialah Qadhi, hakim yang membuat keputusan sesuai syariat Islam. Ya, qadhi adalah jabatan yang paling penting dan strategis. Mengapa? Sebab, qadhi adalah pengganti Allah dan khalifah Rasulullah ﷺ. Maka dari itu, dalam melaksanakan tugasnya, ia harus memperhatikan etika-etika yang harus dijalankan olehnya. Apa sajakah itu?
1. Ia harus kuat tapi tidak kasar, lemah lembut tapi tidak karena lemah agar orang dzalim tidak tamak kepadanya dan agar pemilik hak tidak takut kepadanya. Ia harus lemah lembut tapi tidak merendahkan diri agar orang-orang yang tidak sempurna akalnya tidak lancang terhadapnya. Hati-hati tapi tidak menunda-nunda. Dan cerdas plus berhujjah kuat tanpa bangga terhadap dirinya. Serta tidak merendahkan orang lain.
2. Tempat kerjanya di tengah-tengah daerah tugasnya dan luas yang bisa menampung semua pihak yang berperkara dan para saksi.
BACA JUGA: Nasihat Rasulullah untuk Hakim bin Hizam
3. Ia adil kepada semua pihak yang beperkara dalam kediapan matanya, penglihatannya, duduknya dan masuknya. Ia tidak boleh mengutamakan salah satu pihak yang beperkara. Majlisnya dihadiri para fuqaha’ dan orang-orang yang mengetahui Al-Quran dan As-Sunnah, kemudian ia bermusyawarah dengan mereka dalam hal-hal yang tidak jelas baginya. []
Referensi: Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah