INDONESIA adalah negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Meski secara geografis Indonesia jauh dari tanah Jazirah Arab, namun jangan ditanya soal kualitas para ulamanya. Sebut saja salah satunya Syekh Nawawi al-Bantani, ulama yang masih memiliki pertalian keturunan dengan Sunan Gunung Jati, anggota Wali Songo yang juga Sultan Cirebon pada 1479-1568 M.
Syekh Nawawi al-Bantani lahir dari keluarga religius di Desa Tanara, Serang, Banten, pada 1813. Ayahnya adalah KH Umar bin Arabi, ulama dan penghulu di desanya tinggal. Anak sulung dari tujuh bersaudara ini memiliki nama kecil Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi al-Bantani.
Ulama Indonesia yang Mendunia
Sebelum menjadi ulama kaliber dunia, Syekh Nawawi mempunyai sejarah perjalanan panjang dalam menuntut ilmu. Hal inilah yang menjadikan beliau (dengan izin Allah SWT) sebagai alim ulama terkemuka di bidang keislaman. Hasil pemikirannya banyak dijadikan rujukan oleh ulama-ulama Tanah Air hingga saat ini.
BACA JUGA:Â Benarkah Imam An-Nawawi Tidak Berpendapat Melafazkan Niat?
Dengan keilmuan yang tinggi dan luas, tak heran jika Syekh Nawawi menjelma menjadi guru yang disegani penuntut ilmu dari pelbagai penjuru dunia. Apalagi setelah beliau dipercaya untuk mengajar di salah satu masjid suci umat Islam yakni di Masjid Al-Haram di tanah suci Mekkah. Beliau mengajar kurang lebih selama 10 tahun (1860-1970) di masjid tersebut.
Syekh Nawawi pun mempunyai banyak karya yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Beliau menulis sejumlah kitab yang membahas berbagai ilmu keislaman, mulai dari ilmu tafsir, fikih, ushuluddin, ilmu tauhid (teologi), tasawuf, sejarah Islam, tata bahasa Arab, hadis, dan akhlak (ajaran moral Islam).
Syekh Nawawi disebut mempunyai karya lebih dari 100 kitab keislaman. Di antara karyanya tersebut ada kitab Tafsir Al-Munir yang fenomenal, kitab Ats-Tsamar Ay-Yani’ah Syarah Ar-Riyadl Al-Badi’ah, Al-‘Aqd As-Samin Syarah Fath Al-Mubîn Sullam Al-Munâjah Syarah Safînah As-Shalâh, dan sebagainya.
Dalam uraian “Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani” yang ditulis Suwarjin, Syekh Nawawi membuka pengajaran mandiri di rumahnya selepas beliau selesai mengajar di Masjid Al-Haram selama 10 tahun.
Mengetahui hal ini, ratusan penuntut ilmu pun berbondong-bondong datang ke rumah Syekh Nawawi untuk mencari ilmu sejak pagi hingga siang.
Belajar Ilmu Agama ke Tanah Suci
Muhammad Nawawi dikaruniai Allah SWT dengan kecerdasan dan juga ketekunan yang luar biasa. Guru pertama beliau belajar agama adalah ayah kandungnya sendiri yakni KH Umar bin Arabi. Dalam buku 20 Tokoh Tasawuf Indonesia dan Dunia (2019), Munawir menuliskan bahwa Syekh Nawawi kecil kemudian berguru kepada Haji Sahal dan Raden Haji Yusuf.
Setelah enam tahun menuntut ilmu, beliau pun pulang dan menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin pesantren di Tanara.
Muhammad Nawawi hanya bertahan dua tahun mengajar di Tanara. Beliau lalu melakukan safar menuntut ilmu yang termotivasi dari perkataan Imam Syafi’i. Muhammad Nawawi pun bertolak ke tanah suci Makkah yang masyhur sebagai pusat pengajaran Islam di Masjid Al-Haram.
Syekh Nawawi tidak hanya berguru kepada satu orang saja di Makkah. Sebaliknya, Muhammad Nawawi justru berguru dengan banyak ulama terkenal di Arab, seperti Sayyid Ahmad An-Nahrawi, Sayyid Ahmad Ad-Dimyati, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, serta Syekh Muhammad Khatib Al-Hanbali.
Di tanah suci Mekkah, Muhammad Nawawi belajar ilmu keagamaan selama tiga tahun. Selepas itu, ia kembali ke kampung halamannya dan melanjutkan pengajaran di pesantren ayahnya.
BACA JUGA:Â Pengguna Medsos, Perhatikan Nasihat Imam Nawawi Ini
Guru Tokoh-tokoh Bangsa Tanah Air
Meski hingga akhir hayatnya tinggal di Makkah al Mukarromah, Muhammad Nawawi tetap memberikan suntikan semangat perjuangan dan dukungan kepada murid-muridnya yang berasal dari Nusantara. Maka tidak heran jika banyak di antara muridnya menjelma menjadi tokoh-tokoh bangsa khususnya dalam urusan agama Islam.
Hal ini terbukti dari beberapa muridnya yang menjadi tokoh Islam di Tanah Air yang berani menentang penjajah Belanda. Murid-muridnya seperti Haji Wasith dan Haji Tubagus Ismail berhasi mengomandoi pemberontakan Cilegon 1888.
Syekh Nawawi juga mempunyai murid yang menjadi tokoh nasional seperti KH Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi Islam Nahdhatul Ulama (NU), dan KH Ahmad Dahlan pendiri organisasi Muhammadiyah.
Setelah mengabdi pada Islam selama 84 tahun, Syekh Nawawi meninggal dunia pada 1897 di Makkah, Arab Saudi. []