“JANGAN meninggalkan dzikir karena engkau belum selalu ingat kepada Allah ketika berdzikir, karena kelalaianmu terhadap Allah ketika tidak berdzikir itu lebih berbahaya daripada kelalaianmu terhadap Allah ketika kamu berdzikir. Semoga Allah menaikkan derajatmu dari dzikir dengan kelalaian kepada dzikir yang disertai ingat (sadar) terhadap Allah. Kemudian naik pula dari dzikir dalam keadaan ingat (sadar) kepada dzikir disertai rasa hadir. Dan, dari dzikir yang disertai rasa hadir kepada dzikir hingga lupa terhadap segala sesuatu selain Allah. Dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sukar.”
Saudaraku, ada orang yang berdzikir tapi baru lisannya saja, sedangkan hati dan pikirannya melanglang buana kepada yang lain. Dia menyebut nama Allah tapi dia tidak mengingat Allah. Jika kita termasuk yang masih demikian, janganlah berhenti. Kenapa? Karena kesibukan kita menyebut nama Allah walaupun kita belum bisa selalu ingat kepada Allah ketika menyebut nama-Nya, itu tetap jauh lebih baik dibanding kita tidak menyebut nama Allah dan tidak mengingat-Nya.
BACA JUGA: 6 Manfaat Dzikir Pagi bagi Seorang Muslim
Dengan menyebut nama Allah itu saja sudah menjadi kebaikan meski kita belum bisa selalu ingat kepapda Allah ketika menyebut nama-Nya. Allah Maha Tahu ketika ada seorang hamba yang menyebut nama-Nya meski tidak sambil ingat kepada-Nya, Allah tetap sangat menghargai amal hamba ini.
Mudah-mudahan karena kita istiqomah menyebut nama Allah dengan lisan kita, oleh Allah nanti dibimbing dengan hidayah-Nya sehingga kita meningkat mampu berdzikir dengan lisan sekaligus dengan hati secara bersamaan. Ketika lisan berdzikir maka hatipun berdzikir.
Kemudian, Allah meningkatkan lagi kemampuan kita dari berdzikir dengan lisan dan hati menjadi berdzikir diiringi kesadaran bahwa kita ini sedang diperhatikan oleh Allah ketika kita berdzikir. Kita sadar bahwa Allah sedang melihat kita, sedang memperhatikan kita, sedang mendengar lisan kita dan kita pun sadar bahwa Allah Maha Tahu terhadap apa yang kita rahasiakan dan terbesit di pikiran kita.
Kemudian, jika kita istiqamah dalam berdzikir yang seperti ini, Allah akan menaikkan lagi level kemampuan kita dari berdzikir dengan kesadaran bahwa Allah sedang memperhatikan kita, kepada berdzikir dengan diiringi hati dan pikiran yang tidak ingat dan tidak memikirkan apa-apa lagi selain Allah SWT. Ini adalah maqam yang lebih tinggi lagi dan hanya bisa dicapai atas izin Allah SWT.
Perpindahan level berdzikir ke level berdzikir yang lainnya itu adalah urusan yang sangat mudah bati Allah SWT. Yang terpenting bagi kita atau tugas kita adalah ikhlas dan istiqamahnya dalam berdzikir. Kenapa berdzikir juga harus ikhlas? karena ada juga orang yang berdzikir karena ingin dilihat oleh orang lain bahwa dirinya sedang berdzikir, ketika berkumpul bibirnya komat-kamit seerti sedang berdzikir. Bisa jadi bibirnya memang berdzikir tapi hatinya mengharap kekaguman makhluk.
Nah, Semoga kita termasuk Hamba-hamba Allah yang berdzikir dengan keikhlasan dan istiqamah. Karena pura-pura berdzikir atau berdzikir demi pujian orang itu berbahaya. Bayangkan dzikir itu adalah menyebut dan mengingat Allah sedangkan ini ada orang berdzikir tapi niat di hatinya adalah pujian orang dan yang ada dipikirannya adalah bagaimana agar orang lain tahu dan melihat dia sedang berdzikir. Inilah perbuatan menyebut nama Allah tapi bukan untuk mendapat ridha-Nya melainkan demi mendapat penilaian makhluk.
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS Al-baqarah : 152)
Ayat ini semakin menguatkan kita bahwa Allah Maha Tahu, Allah Maha Menyaksikan kita ketika kita berdzikir. Sebenarnya ketika tidak berdzikir pun Allah tentu menyaksikan kita dan mengurus hidup kita. Tapi, Kalau kita berdzikir maka kita akan diperlakukan spesial oleh Allah SWT.
Hadiah pertama jika kita berdzikir adalah hati kita akan dibuat tenang oleh AllAH swt.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad: 28)
Dengan berdzikir, Allah akan tanamkan rasa tenang di hati kita. Hati yang tenang akan mendorong pikiran kita agar jernih sehingga semakin terampil menghadapi setiap persoalan hidup ini. Hati yang tenang adalah keadaan yang sangat didambakan oleh setip orang, karena ketenangan tidak bisa dibeli oleh harta kekayaan sebanyak apapun. Tidak heran jika ada orang yang kaya raya, rumahnya megah, mobilnya mewah tapi hati penuh rasa cemas dan gelisah. Hanya Allah yang kuasa menyelimuti hati manusia dengan ketenangan. Dan jalan meraih ketenangan itu adalah dzikrullah.
Hadiah kedua jika kita dzikrullah adalah dimudahkan jalan menemukan jalan keluar dari persoalan hidup kita. Hati yang tenang akan melahirkan pikiran yang jernih, inilah modal penting bagi kita dalam memecahkan suatu persoalan. Dalam keadaan pikiran yan semrawut biasaya persoalan sulit diselesaikan, bukannya menemukan solusi malah persoalan semakin rumit. Namun dengan dzikrullah maka hati tenang pikiran jernih dan Allah membimbing kita untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi.
فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS An-Nisa: 103)
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan. Dan semoga Allah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita. Aamin yaa Rabbal’aalamiin. []
SUMBER: MERDEKA