BAGAIMANA cara kita merasakan manisnya iman?
Pada saat seseorang mencecap rasa dan dia tidak bisa merasakan manisnya gula ataupun asinnya garam, itu bukan karena gula atau garamnya yang bermasalah. Itu menjadi tanda bahwa ada masalah di lidahnya. Begitu juga ketika seseorang dia tidak bisa melihat secara jelas objek ada yang ada di depannya, itu bukan berarti objeknya yang bermasalah tetapi yang bermasalah adalah matanya.
Maka, ketika seseorang yang mengaku dirinya beriman, dia sudah tidak merasa betah berdzikir, dia sudah tidak merasa nyaman untuk membaca Al-Quran, dia tidak merasa semangat untuk pergi ke masjid menunaikan shalat berjamaah, itu bukan karena dzikirnya yang bermasalah, bukan karena Al-Quran ataupun masjidnya yang bermasalah, tetapi ada sesuatu yang salah di dalam hatinya.
BACA JUGA: Ciri-Ciri Orang Beriman: Penjelasan Surah Al-Balad (90) ayat 17
Dengan kata lain, orang yang seperti itu, hatinya sedang sakit, hatinya sedang bermasalah, hatinya sudah tidak bisa merasakan manisnya iman.
Dalam salah satu hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Dari Anas r.a., Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Tiga hal, barang siapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api.”
Dari hadis tersebut, dapat kita baca bahwa ada tiga hal yang menjadikan seorang Mukmin bisa merasakan manisnya iman, yakni:
1- Hal Manisnya Iman: Seseorang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya;
2- Hal Manisnya Iman Seseorang yang mencintai orang lain semata-mata karena Allah; dan
3- Hal Manisnya Iman Seseorang yang benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api.
Selain itu, Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surah At-Taubah (surah ke-9) ayat 24:
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
BACA JUGA: Zaid bin Tsabit dan Mushaf Al-Quran
Dari ayat tersebut jelas terbaca bahwa jika seorang Mukmin lebih mencintai kehidupan dunia dibandingkan mencintai Allah, Allah akan mendatangkan keputusan-Nya dan Dia tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. []
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN