KEHIDUPAN merupakan jalan yang harus kita tempuh untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tak selamanya jalan yang kita tempuh lurus saja, terkadang jalan yang ditempuh penuh kelokan tajam, sehingga mudah sekali untuk kita terperosok karenanya. Terkadang jalan tersebut, naik dan turun. Karena dalam kehidupan kita terkadang berada ada di atas dan di bawah.
Tak sedikit juga, saat dalam perjalanan banyak yang mengalami kelelahan, dan memutuskan untuk istirahat. Ataupun memilih jalan yang lain untuk ditempuh. Sehingga jalan yang ia tempuh lebih panjang dan jauh untuk mencapai tujuan. Tak sedikit juga yang tak pernah sampai pada tujuan hidup yang semestinya, yaitu mencapai keridhanNya.
Dalam kehidupan ini memiliki 3 inti utama, sebagai berikut:
BACA JUGA: Saat-saat Terakhir Kehidupan Nabi Ibrahim
1. Inti yang pertama Allah SWT berkuasa sepenuhnya
Tak ada sebuah kebetualan dalam kehidupan ini. Semata-mata karena takdir dan seizin Allah SWT. Tiada daya dan upaya kecuali hanya atas izin Allah SWT. Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi semuanya telah di atur oleh Allah SWT.
Kehidupan di dunia ini mesti bersandar atas izin Allah dalam segala hal. Mutlak. Benar, banyak yang kaya karena usaha dan kerja keras. Namun, berapa banyak di luar sana tidak kaya-kaya, walupun telah bekerja siang dan malam?
Bukan berarti kita dianjurkan untuk berdiam diri menunggu takdir terjadi dengan sendirinya. Sunnahtullahnya adalah setiap hal yang terjadi karena ada penyebabnya dan semua terjadi atas izin Allah.
Mengapa hal ini perlu kita tanamkan di dalam hati dan kehidupan kita? Karena hal itu penting untuk menghindarkan diri kita dari lupa diri dan takabur. Sehingga, ketika kita gagal terhadap suatu hal, kita tak berputus asa atas rahmatNya.
Dan sebaliknya, jika kita berada dalam kesuksesan tidak berpikir hal tersebut terjadi karena usaha sendiri tanpa campur tangan yang gaib, sebab usahanya hanya menjadi penyebab. Segalanya hanya karena dengan izin Allah.
Kisah Qarun di dalam Al-Quran. Saat susah ia rajin beramal. Namun, setelah kaya, dia lupa diri. Apabila diperintahkan untuk mengeluarkan harta ke jalan Allah (sedekah dan zakat), dengan somnong ia mengatakan bahwa ia kaya karena usahanya sendiri.
Padahal Qorun lupa bahwa semuanya karena izin Allah SWT. Begitu juga kisah iblis yang enggan bersujud kepada Adam. Iblis enggan karena sombong dan takabur.
Pahamilah konsep Allah berkuasa sepenuhnya, barulah kita akan mulai merasakan betapa perlunya Allah dalam hidup ini. Manakala rezeki datang maka kita akan segera sujud syukur kepada Allah sebagai tanda terima kasih seorang hamba kepada penciptaNya.
Dan sebaliknya, jika kita tertertimpa musibah maka kita akan segera berdoa memohon petunjuk Allah agar musibah atau ujian tersebut dapat diatasi dengan hati yang tabah. Ketika kita telah menggantungkan diri kepada Allah SWT semata, tidak kepada yang lain. Maka Allah tidak akan pernah mengecewakan kita.
2. Inti kehidupan yang kedua bersedia berkorban
Apabila kita menjelaskan tentang agama atau mangamalkan amalan agama, kita tidak dapat lepas dari istilah pengorbanan. Tanpa pengorbanan, bagaimana kita sebagai hamba dapat menggunakan waktu, tenaga, dan uang untuk melakukan kegiatan keagamaan?
Contohnya, sejak subuh, kita telah mengorbankan waktu tidur di kasur empuk untuk bangun menyembah Allah. Bukan sekedar shalat saja, bahkan kita berkorban waktu dan tenaga untuk berjalan ke rumah Allah (masjid) menunaikan shalat fardhu subuh secara berjamaah.
BACA JUGA: Keutamaan Belajar dari Kisah-kisah Kehidupan
Kita lihat sejarah perjuangan Nabi dan para sahabat demi menegakkan Islam di muka bumi ini. Berapa banyak yang telah berkorban nyawa, harta benda, dan kehilangan keluarga? Tidak dapat dihitung besarnya pengorbanan mereka dari segi waktu dan tenaga. Terlalu besar jika dibandingkan dengan diri kita sekarang ini.
Kita sebagai umat akhir zaman, pengorbanan kita terhadap agama adalah dengan mengerjakan amalan-amalan yang telah diwariskan. Tetapi, betapa banyakkah di antara kita yang benar-benar menjaga warisan amalan-amalan tersebut?
3. Inti yang ketiga dalam kehidupan, menjaga hati dengan berbaik sangka
Allah mengikuti prasangka hambaNya. Begitulah petikan ayat untuk menggambarkan kepada kita bahwa kita harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Perbuatan berbaik sangka melibatkan hati, yaitu jauh mana kita mendidik hati kita supaya tidak menjadi keras akibat dosa-dosa yang telah kita lakukan.
Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Allah berfirman: ‘Aku berada pada sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam suatu kaum,
Maka Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik darinya, dan jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkalmaka Aku mendekat padanya satu hasta, jika ia mendekat pada-Ku satu hasta maka Aku mendekat padanya satu depa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”(HR Al-Bukhari).
Kita melihat di zaman ini banyak orang rela menghabiskan uangnya untuk tetap cantik secara fisik (bagian luar). Tetapi berapa banyak yang mau berusaha membuat bagian dalam (hati) untuk tetap suci?
Ironisnya, banyak hal tersembunyi letaknya di hati. Gembira, sedih, marah, dendam, kecewa, semuanya bermain di hati. Ikhlas pun persoalan hati. Sebab itu, sangat wajar jika kita mencari ‘obat’ penjaga hati supaya senantiasa ‘sehat’.
BACA JUGA: Penentu Arah Kehidupan
Ada 5 perkara untuk mengobati hati yang ‘sakit’. Karena tanpa kita sadari hati ini telah terjerumus pada dosa-dosa yang membuat hati ini kotor. Berikut ini adalah 5 perkara untuk ‘obati’ hati:
1. Bacalah Al-Quran dengan menghayati isi kandungannya.
2. Perbanyaklah berpuasa.
3. Bangun (beribadah) pada waktu malam.
4. Zikir kepada Allah (beribadah) di sepertiga malam.
5. sentiasa bersama-sama di majelis orang-orang shaleh.
Apabila kita berhasil menjaga 3 inti utama kehidupan di atas, insya Allah kita akan mulai membentuk hati kita untuk sentiasa bersikap terbuka atau berbaik sangka. Lalu, hadirlah satu perasaan yang kita panggil ridha dengan Qada’ dan Qadar Allah. []
Referensi: Kaya Dunia Akhirat dengan Amalan 1 SAAT/Rafizam Mohamed/2015