KISAH ini populer di kalangan Bani Israel, hingga Allah menyuruh Rasul-Nya bertanya pada mereka tentang negeri yang terletak di dekat laut. Tepatnya di tepi pantai laut Merah antara kota Mesir dan Palestina. Antara kota Madyan dan Gunung Sinai. Eilah namanya, ataukah semacam sindiran karena penduduknya telah berbuat Helah (akal-akalan).
Sebagaimana yang kita ketahui, Bani Israel menetapkan hari Sabtu sebagai hari ibadah untuk dirinya. Dimana pada hari itu, mereka tidak melakukan pekerjaan apapun melainkan hanya beribadah kepada Allah.
Allah hendak menguji mereka, dengan mendatangkan ikan-ikan yang berada di sekitar mereka, terapung-apung dipermukaan air, khusus di hari Sabtu, dan tidak datang di hari lain.
Ternyata, mereka tak bisa menahan diri. Mereka mencari akal agar bisa menangkap ikan-ikan itu tanpa ketahuan, dengan tetap terlihat melaksanakan ibadah di hari Sabtu. Maka mereka susunlah siasat, memasang jaring-jaring di malam Sabtunya, dan mengambil hasil tangkapannya di hari Minggu.
Orang-orang alim di antara mereka menasihati, agar tidak melakukan perbuatan fasik itu.
Namun segolongan di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang keras?” jika kita terjemahkan dalam bahasa gaulnya, “Ngapain sih kamu capek-capek menasihati orang yang sudah Allah takdirkan akan diazab?”
Seakan golongan ini telah menvonis neraka bagi mereka yang melakukan helah, tanpa ikut andil menasihati untuk mencegah. Merasa aman terhadap dirinya karena tidak berbuat salah, hanya diam melihat perbuatan munkar di depan mata. Bahkan merespon negatif pada pihak kedua yang berusaha mencegah.
“Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa.”
Inilah jawaban dan alasan golongan yang menasihati melakukan perbuatan itu, karena Allah yang telah memerintahkan! Dan agar mereka yang berbuat salah, segera bertaubat dan menjadi orang yang bertakwa!
Dari kisah ini, dapatlah kita bagi menjadi tiga golongan,
Golongan satu, yaitu yang melakukan helah,
Golongan dua, yang menasihati untuk tidak melakukan kemunkaran,
Golongan tiga, yang hanya diam membiarkan kemunkaran di depan mata tanpa mau menasihati atau berusaha mencegah.
Balasan apa yang diberikan Allah untuk ketiga golongan ini?
Bagi golongan dua, Allah selamatkan, karena mereka telah melarang orang yang berbuat jahat.
Bagi golongan satu, Allah timpakan siksa yang keras atas kezalimannya, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Bahkan mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang mengerjakannya. Hingga mereka dikutuk menjadi kera yang hina.
Ya, mereka berubah menjadi kera yang hina, dari makhluk yang diciptakan paling mulia bernama manusia, hingga kesedihan dan kepedihan itu membuat mereka malu menatap dunia, malu bertemu siapapun, mengurung dirinya di dalam rumah, merasa tak berdaya melakukan apapun, hingga mereka menemui azalnya. Tak lebih dari tiga hari.
Lantas, mengapa Allah tak mengabarkan balasan yang diberikan-Nya untuk golongan tiga?
Ternyata, itu bentuk ketidakpedulian Allah padanya. Hamba yang tidak melakukan pekerjaan amar makruf nahi munkar, mengajak pada kebaikan dan mencegar dari kemunkaran. Mereka hanya diam, tak peduli, masa bodo dengan lingkungan yang ada, hidup hanya untuk diri sendiri, ingin shalih sendiri, hingga Allah tak mempedulikannya.
Surah Al A’Raaf, 7 ayat 163 sampai dengan 167 ini, Allah ceritakan pada Rasul-Nya dalam perjuangan beliau menghadapi kaum Yahudi, dan kini cerita itu diabadikan dalam Al Qur’an untuk kita ambil hikmahnya, bahwa apa yang dihadapi Rasulullah juga seperti apa yang kita hadapi saat ini. Zaman terus berulang dan tiga golongan ini sebagai karakter abadi.
Jadi, termasuk golongan berapakah kita? Golongan apa yang kita pilih?
Yang pasti, tentu bukan golongan tiga, karena Rasulullah Saw telah bersabda,
“Demi Allah yang jiwaku dalam genggaman-Nya. Hendaknya benar-benar kamu perintahkan manusia kepada kebaikan dan kamu cegah mereka dari perbuatan munkar. Atau kalau tidak, maka Allah akan menimpakan azab kepadamu. Kemudian kamu berdoa kepada-Nya, tetapi Dia sudah tidak mau mengabulkan permohonanmu,” (H.R. Imam Tirmidzi).
Melainkan kita bersama akan memilih menjadi golongan dua, yang Allah janjikan keselamatannya. Sebagaimana Dia telah menjadikan kita umat yang terbaik, yang dilahirkan untuk manusia, karena kita senantiasa mengajak pada kebaikan dan mencegah kemunkaran dan senantiasa beriman kepada Allah.
Semoga! []