MENGIMANI serta memercayai perkara gaib adalah bagian penting dari keimanan, bahkan rukun iman yang enam itu semua berkaitan dengan hal-hal ghaib. Jika seseorang mengingkari satu saja dari keenam rukun ini maka ia menjadi orang yang kafir dengan kesepakatan para ulama. Allah Ta’ala berfirman :
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah : 2-3)
BACA JUGA: Jin Ketahui Perkara Gaib?
Di dalam menyikapi perkara ghaib ini manusia minimalnya terbagi menjadi tiga kelompok:
1 Kelompok yang menolak hal yang ghaib baik secara total maupun sebagian
Kelompok ini adalah kaum rasionalis mu’tazilah, pemikiran kuno yang masih saja muncul di era ini dengan format lain namun hakikatnya sama saja. Mereka memiliki ideologi berupa pengingkaran terhadap beberapa perkara ghaib yang dijelaskan oleh syariat. Seperti pengingkaran mereka terhadap adanya sihir, kesurupan, hari kebangkitan, surga, neraka, azab kubur, keluarnya Dajjal, turunnya Isa bin Maryam di akhir zaman, keluarnya Ya’juj Ma’juj, Imam Al-Mahdi, dan lainnya.
2 Kelompok ekstrem yang meyakini serta mengklaim perkara ghaib secara melampaui batas, sehingga mereka meyakini hal-hal ghaib yang tidak diterangkan oleh syariat.
Kelompok ini didominasi oleh kaum syiah, kaum sufi serta para dukun dan para dajjal yang sangat gemar dengan keghaiban berbau klenik di luar batasan syariat. Demikian pula para penganut agama Ardhiyyi atau agama yang tidak bersumber dari langit, namun ia murni agama hasil rekayasa manusia.
Mereka meyakini keghaiban karena faktor mimpi, cerita-cerita, hikayat-hikayat, serta pengaruh ajaran animisme dan dinamisme. Di antara bentuk keekstriman mereka adalah apa yang akan kita baca bersama pada pembahasan tentang mitos-mitos perkara ghaib yang akan datang insyaAllah.
3 Kelompok yang lurus yaitu kelompok yang meyakini perkara gaib sesuai dengan batasan syariat
Mereka meyakini perkara gaib yang dijelaskan oleh syariat dan menahan diri dari pengakuan mengetahui akan perkara gaib yang tidak memiliki sandaran sama sekali dari syariat. DR Muhammad As-Sayyid dalam makalah beliau berjudul ‘Kaitan antara akal dengan ilmu gaib’ menyatakan:
BACA JUGA: Orang yang Ngaku Tahu Urusan Gaib adalah Pendusta
إنَّ الاعتصام بالنصِّ الصحيح في قضايا الغيب كان منهجًا أقومَ في منطق العقل نفسه، ذلك أن العقل مطالب بالإيمان به، وفي نفس الوقت ليس مؤهَّلاً للبحث فيه، كما هو شأْنه في عالم الشهادة، ولَم يطلب منه الشرع البحث فيه، لأنَّ الله لا يكلِّف نفسًا إلاَّ وُسعها، ولا يُكلِّفها إلاَّ ما أتاها، وسبيله الوحيد إلى التعرُّف على الغيب هو خَبَرُ المعصوم عن الله الذي قال لصحابته: قد تَركْتُكم على البيضاء، ليْلُها كنهارِها، لا يَزِيغ عنها بعدي إلا هالكٌ
“Sesungguhnya berpegang teguh dengan dalil yang shahih di dalam permasalahan ghaib adalah merupakan metode yang kokoh menurut akal itu sendiri. Yang demikian karena akal dituntut untuk mengimani perkara ghaib, pada waktu yang bersamaan ia tidak memiliki kapasitas untuk mencapai perkara ghaib sebagaimana ia mampu mencapai hal-hal yang real.
Dan syariat tidak menuntut akal untuk mencapai perkara ghaib karena Allah tidak membebani makhluk melainkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya. Dan jalan satu-satunya untuk mengetahui hal yang ghaib adalah dengan merujuk kepada khabar yang dibawa oleh Nabi dari Allah yang mana beliau pernah mengatakan kepada para sahabatnya: ‘Aku tinggalkan kalian di atas sesuatu yang terang benderang, malamnya seperti siangnya tidak menyimpang darinya sepeninggalku melainkan ia akan tersesat.’” (Hadits Irbadh bin Sariyah yang terkenak diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Muqaddimah hal. 43, Ahmad : 4/126, Ibnu Abi ‘Ashim di dalam As-Sunnah : 48, 49). []
SUMBER: BIMBINGAN ISLAM