PERADABAN manusia telah ada sejak jaman dahulu kala. Namun, tak semuanya bisa dilihat atau ditemukan pada masa kini. Sebab, beberapa diantaranya telah hilang atau sirna.
Banyak faktor yang menyebabkan suatu peradaban hancur dan akhirnya lenyap. Salah satunya seperti yang diungkap dalam kitab suci, yakni terkait perbuatan manusia.
Al Qur’an mengungkap sekian banyak ragam hal yang terkait dengan peradaban masa lampau, baik yang diketahui oleh manusia, maupun yang sama sekali tidak diketahuinya.
Peradaban masa lampau yang telah diungkap oleh Al Qur’an adalah kaum Tsamud dan kaum ‘Ad, yang terhadap mereka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Hud. Banyak uraian Al Qur’an tentang kedua kaum ini, baik dari segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Yang akhirnya keduanya dihancurkan Allah dengan gempa dan angin topan yang sangat dingin.
BACA JUGA: Kaca, Bukti Kejayaan Peradaban Islam
Nah, terkait peradaban, setidaknya ada 3 kota di dunia yang bisa dijadikan sebagai bukti bahwa kehancuran peradaban itu disebabkan karena ulah ‘nakal’ manusia yang mengundang azab dari Allah. Secara kasat mata bentuknya berupa bencana alam, namun di balik itu ada rahasia ilahi yang hingga kini masih jadi misteri.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini 3 kota di dunia yang kebinasaannya bisa jadi pelajaran bagi semua orang.
1. Kota sodom
Pada 2015, para arkeolog yang mengekskavasi situs di Tall el Hammam di Yordania menemukan sebuah kota dari Zaman Perunggu yang ciri-cirinya cocok dengan gambaran Sodom. Sang arkeolog, Steven Collins, menemukan lokasi tersebut sejak tahun 2005. Dia dan timnya menemukan struktur yang diduga dulunya adalah istana, menara-menara, dan benteng pertahanan yang tangguh.
“Saya menyimpulkan, jika seseorang ingin menemukan Sodom, ia harus mencari tahu kota terbesar di Kikkar timur yang ada selama Zaman Perunggu Tengah, zaman Abraham dan Lot,” kata dia seperti dikutip dari Sky News.
Situs Tall el Hammam ditemukan di sebelah selatan Lembah Yordania (Jordan Valley), 8 mil di timur laut Laut Mati. Sebuah gundukan besar mendominasi bentang alam di sana. Kota dibagi menjadi dua, bagian bawah dan atas di mana kaum kaya dan elite tinggal. Para peneliti menemukan bukti tembok pertahanan setinggi 10 meter dan tebalnya 5 meter, jaringan gerbang, menara dan plaza.
Benteng didirikan untuk melindungi warga kaya dari serangan. Kehidupan di sana tersebut terhenti secara mendadak pada akhir Zaman Perunggu Tengah. Menurut para ilmuwan, kota tersebut kemudian terlantar dan ditinggalkan.
2. Kota Pompeii
Kota Pompeii hancur akibat letusan Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Ironisnya, abu panas yang dimuntahkan gunung tersebut mengabadikan saat-saat terakhir apapun yang ada di kota kuno Romawi itu.
Ekskavasi yang diawali pada akhir Abad ke-16 menemukan jasad-jasad manusia yang berubah jadi ‘batu’. Pun dengan lanskap kota bangunan, simbol-simbol misterius, rumah-rumah mewah para bangsawan, roti yang masih tergeletak dalam oven, juga tempat pelacuran yang dipenuhi fresko erotis serta patung-patung mesum.
BACA JUGA: Kemajuan Peradaban Islam di Cordoba: Seni Aristektur dan Lingkungan Sosial
Temuan tersebut membuat Pompeii dijuluki ‘kota maksiat’. Diperkirakan ada 35 rumah bordil di seantero Pompeii, yang ditandai dengan lukisan dinding atau fresko erotis. Para arkeolog harus berhati-hati untuk menentukan lokasi prostitusi dengan bangunan biasa. Sebab, phallus atau bentuk kelamin pria adalah dekorasi yang umum di kota kuno itu. Perlambang keberuntungan. Simbol itu dilukis di mana pun. Di rumah, jalanan, juga pasar.
3. Kota Baia
Riwayat Baia diwarnai drama politik.
“Ada banyak cerita intrik yang dikaitkan dengan Baia,” kata John Smout, seorang peneliti yang menyelidiki situs kota kuno tersebut, seperti dikutip dari BBC.
Rumor menyebut, Cleopatra melarikan diri dari Baia setelah Julius Caesar tewas terbunuh pada tahun 44 Sebelum Masehi. Sementara, Julia Agrippina merencanakan plot pembunuhan suaminya sendiri, Claudius di Baia. Tujuannya, agar putranya, Nero bisa menjadi Kaisar Romawi.
Air dengan kandungan mineral dan iklim hangat menarik perhatian masyarakat Romawi Kuno untuk mengunjungi Baia sejak pertengahan Abad ke-2 Sebelum Masehi. Saat itu, kota ini disebut sebagai Daratan Phlegraean (berapi) karena rekahan kawah gunung berapi yang banyak ditemui di sana.
Baia dikenal bak Las Vegas pada era Kekaisaran Romawi Kuno. Pada 2.000 tahun lalu, di sana lah kaum kaya dan berkuasa datang, untuk memuaskan nafsu duniawi mereka. Orang-orang kaya Romawi menghabiskan akhir pekan mereka di kota itu untuk pesta pora.
Orang kaya dan punya kekuasaan membangun vila-vila mewah di area pantai, lengkap dengan spa dan kolam berlapis mozaik keramik yang berkilauan, demi memanjatkan hasrat liar mereka.
Salah satu warga berduit bahkan memerintahkan pembangunan nymphaeum, monumen dari batu, yang bentuknya mirip gua, dipenuhi patung-patung marmer, yang didedikasikan untuk ‘kenikmatan duniawi’. Kota hiburan yang berjarak 30 kilometer dari Naples itu menjadi magnet untuk para penyair, jenderal, siapapun.
Secara ilmu pengetahuan, kini kawasan kota kuno ini telah melalui banyak perubahan selama berabad-abad, melewati berbagai peristiwa vulkanik, permukaannya beberapa kali naik turun akibat panas bumi dan gerak seismik, membuat sebagian besar wilayahnya terkubur di bawah laut hingga kini. []
SUMBER: BBC